Post

Silsilah Yesus Dan Nabi Muhammad .Saw 5

Benarkah Ismael tidak berkenan
di hadapan Allah melainkan Ishak saja?

Memang jika kita baca hanya potongan nyatanya saja, maka jelas sekali akan terkesan bahwa permohonan Abraham kepada Allah akan keberadaan anaknya yang pertama Ismail, ditolak oleh Allah. Dalam brosur berwajah Islam yang mereka edarkan hampir di seluruh pelosok tanah air yang berjudul “Iman dan taat kepada Shirataathal Mustaqiim” dengan sengaja mereka memuat hanya potongan ayat Alkitab saja, agar terkesan bahwa leluhur keturunan nabi kita Muhammad Saw tidak diterima, ditolak oleh Allah.
Kami kutip kembali potongan ayat Alkitab dalam brosur berwajah Islam yang disengaja dan direkayas agar terkesan bahwa Ismael (leluhurnya nabi Muhammad) ditolak keberadaannya oleh Allah.
“Ah sekiranya Ismael diperkenaankan kepada hidup dihadapanMu! Tetapi Elohim berfirman: Tidak…(Kej 17:18-19)
itulah salah satu bentuk kecurangan mereka yang benar-benar disengaja agarr terlihat bahwa keturunan Abraham melalui Hagar, tidak direstui bahkan ditolak mentah-mentah oleh Allah. Tetapi kalau kita jeli dan teliti membaca dalam Alkitab jalan ceritanya tidak demikian! Tidak ada penolakan Allah akan keberadaan Ismael (leluhurnya Muhammad Saw) dan tidak ada penolakan Allah akan permohonan Abraham tentang anaknya Ismael! Selaki lagi tidak ada! Jalan ceritanya dalam Alkitab yang kami kutip apa adanya secara utuh dibawah ini:
“Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: “Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberikatinya, dan daripadanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.” Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya : “Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara yang telah  berumur 90 tahun itu melahirkan seorang anak?” dan Abraham berkata kepada Allah : “Ah, sekiranya Ismail diperkenankan hidup di hadapan-Mu!” tetapi Allah berfirman: “Tidak, melainkan istrimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan kau akan menamai dia Ishak, dan aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. (Kej 17:15-19)
Setelah kita baca secara utuh ayat-ayat Alkitab di atas itu, jelas sekali bahwa Allah sama sekali tidak menolak akan permohonan dari nabi Ibrahim kepada-Nya dan demikian juga akan keberadaan Ismail benar-benar tidak ditolak Allah. Maka makna sesungguhnya dari jalan cerita ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut :
Pada saat itu Sara, istri Abraham yang pertama tidak punya anak. Untuk  itu Allah berjanji melalui Abraham bahwa dia akan tetap memberikan keturunan seorang anak kepada Sara walaupun umur Sara sudah sembilan puluh tahun dan Abrahan sudah seratus tahun.
Sebagai manusia biasa, dan dalam hati Abraham merasa kurang yakin pakah bisa memperoleh anak yang usianya kakek-kakek dan tua renta seratus tahun, sementara istrinya Sara nenek berumur sembilan puluh tahun.
Karena pada saat itu Abraham sudah punya anak laki-laki yang bernama Ismail maka atas keraguannya karena merasa tidak mungkin bisa memperoleh anak dalam usia yang sudah sangat tua, dia berkata kepada Allah bahwa biarlah, kan dia sudah punya anak Ismail. Tetapi Allah tetap akan memberikan anak walaupun umur mereka sudah tua. Dan terbukti Sara mengandung dan melahirkan seorang anak yang bernama Ishak.
Nah, dari jalan cerita tersebut, jelas sekali bahwa Allah tidak menolak keberadaan Ismail, tetapi Allah tetap bersikeras akan memberikan  seorang anak kepada Sara dan Abraham walaupun mereka sudah lanjut usia.
Tetapi kerana hanya potongan ayat yang mereka tampilkan dalam brosur mereka, maka terkesan seolah-olah permohonan Abraham benar0benar ditolak oleh Allah.
Kalau kita baca ayat-ayat Alkitab tadi dalam versi terjemahan bahasa Indonesia 1941 ternyata sudah dirobah sedemikian rupa pada Alkitab tahun 1941 ini, tidak ada kata-kata permohonan Abraham dengan kata “Ah” pada ayat 18 dan penolakan Allah dalam kata “Tidak” pada ayat ke-19. Perhatikan bunyi ayat-ayat di bawah ini, dibandingkan dengan bunyi ayat Alkitab terbitan tahun yang baru, seperti yang kami kutip duluan tadi, kita akan temukan perbedaan yang mencolok akan perobahan yang terjadi pada ayat-ayat tersebut :
Kejajian 17:15-19 (ejaan lama terbitan 1941) berbunyi
(15) Dan lagi firman Allah kepada Ibrahim, maka akan hal Sarai, istrimoe itoe djangan lagi engkau panggil namanja Sarai, melainkan Sara itoelah akan namanja.
(16) Karena akoe akan memberi berkat kepadanja serta daripadanja djoega akoe akan menganoegerahkan se’orang anak laki-laki kepadamoe; bahkan akoe akan memberi berkat kepadanja, sehingga ija akan djadi asal beberapa bangsapon akan berpentjaran dan daripadanja.
(17) Maka pada masa itoe soedjoedlah Ibrahim dengan moekanja sampai ka boemi sambil tertawa, lalu berkata ija dalam hatinja : “Bolehkah djadi kanak-kanak bagai sa’orang jang soedah seratoes tahoen oemoernja? Bolihkan Sara jang soedah sambilan poeloeh tahoen oemoernja itoe lagi beranak?
(18) Maka sembah Ibrahim kepada Allah : “ja Toehan, bijar  apalah   Ismail sahadja hidoep di hadapan hadiratMoe.
(19) Maka firjman Allah, bahwa sasoenggoehnja Sarah, istrimoe itoe, beranak kelak bagaimoe laki-laki sa’orang, hendaklah engkau namai akan dia Ishak; maka Akoe akan menegoehkan perdjandjiankoe dengan dia, ija-toe soeatoe pardjandjian jang kekal, serta dengan anak-boeahnja jang kemoedian dari-padanja.
Setelah kita membaca dan membandingkan ayat-ayat Alkitab versi baru dan versi lama, maka sangatlah jelas bahwa setiap Alkitab dicetak ulang, selalu mengalami perobahan-perobahan yang sangat berarti.
Perobahan pada ayat-ayat yang berhubungan dengan Ismail sebagai leluhurnya nabi kita Muhammad Saw tersebut, akan sangat mempengaruhi pemahaman bagi umat Kristiani untuk mendiskreditkan umat Islam, apalagi jika ayat-ayatnya sengaja dipotong-potong.
Jika Allah dalam Alkitab punya sifat lemah seperti kita manusia yang suka membedakan seseorang satu dengan lainnya, tentulah dia bukanlah Allah yang sepatutnya kita puji dan sembah setiap hari.
Menrut pandangan Islam, Allah berlaku adil terhadap semua hamba-hamba-Nya. Jadi tuduhan sebagian umat Kristen terhadap leluhurnya nabi Muhammad Saw (Ismail dan ibunya Siti Hajar) sama sekali tidak beralasan. 

Benarkah Ismail anak Hagar Perilakunya seperti keledai liar?

Kejadian 16:12 (Alkitab cetakan Baru)
“Seorang anak laki-laki yang lakunya keledai liar, demikianlah nanti anak itu: tangannya akan melawan tipa-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan ditempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.”
Ayat di atas itu meberikan kesan negatif, seolah Ismail orang berakhlaq buruk. Bandingan dengan Alkitab terbitan tahun 1941 di bawah ini, dan perhatikan sejauh mana perubahan yang terjadi padahal masih dalam satu ayat yang sama.
Kitab kejadian 16:12 (Alkitab ejaan lama tahun 1941) berbunyi :
“Maka anak-anak itoe akan mendjadi sa’orang bagai kaldai hoetan lakoenja dan tangannja akan melawan segala orang dan tangan segala orangpon aka melawan dia; maka ijapon akan doedoek pada sabelah timoer segala saoedaranja.”
Sebelum kita jelaskan, coba kita perhatikan bagaiman Alkitab itu dirobah-robah setiap kali dicetak/diterbitkan ulang. Pada bagian akhir Alkitab cetakan baru di atas itu, berbunyi :
“Dan di tempat kediamannya ia akan menentang saudaranya semua.” (Kej 16:12)
Potongan ayat ini akan bermakna bahwa Ismail itu tidak akur atau bermusuhan dengan sesama saudara dan bangsanya. Tentu saja ini membrikan kesan negatif atau citra yang buruk terhadap Ismail, leluhurnya Muhammad Saw. Sementara pada bagian akhir Alkitab cetakan lama bunyinya:
“Maka ijapon doedoek pada sebelah timoer segala saoedaranja” (Kej 16:12)
Potongan ayat ini bermakna bahwa Ismail akan menempati atau menguasai Wilayah Timur, yang sekarang dikenal sebagai negara Timur Tengah. Kedua potongan ujung dari ayat tersebut sangat jauh sekali berbeda maknanya, yang cetakan baru memberi kesan negatif dan yang cetakan lama positif.
Pada Alkitab cetakan baru tertulis “Seperti keledai liar “ dan pada cetakan lama tertulis “bagai keledai hutan,” walaupun maknanya sama, tapi pengertiannya bukan negatif, sebab istilah atau julukan kepada Ismail “Seperti keledai liar” atau “bagai keledai hutan”, itulah hanya bahasa kiasan saja.
Julukan bagi Ismail tersebut “seperti keledai liar” adalah orang yang hidup sebagai orang yang hidup dipandang gurun yang panas dengan segala resiko dan tantangan dan ujian yang sangat berat. Jadi itu bukan bermakna negatif, tetapi positif.
Coba kita simak beberapa ayat Alkitab di bawah ini yang berbicara dalam bahasa kiasan tentang Ismail, Yehuda dan dan bangsa Israil dan juga terhadap Yesus, apakah ayat-ayat di bawah ini menunjukkan negatif?
“Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan setiap orang dan tangan setiap  orang akan melawan dia, dan ditempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.” (Kej 16:12)
“Yehuda adalah seperti anak singa; setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya?” (Kej 49:9)
“Lihat, suatu bangsa, yang bangkit seperti singa betina, dan yang berdiri tegak seperti singa jantan, yang tidak membaringkan dirinya, sebelum ia memakan mangsanya dan meminum darah dari yang mati dibunuhnya.” (Bil 23:24)
“Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata : “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29)
“Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata : “Lihatlah anak domba Allah!” (Yoh 1:36)
“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” (I Korintus 5)
Jika diterjemahkan secara hurufiah bahwa Ismail kelakuannya  seperti keledai liar beneran, apakah juga Yehuda kelakuannya seperti singa jantan atau singa betina yang sangat buas membunuh,  menerkam, memakan serta meminum darah mangsanya?
Dan apakah Yesus seperti anak domba benaran dan apakah anak domba bisa mengampuni dosa manusia?
Dan apakah Yesus benar-benar disembelih seperti anak domba benaran? Tentu saja tidak! Kenapa? Sebab semua itu hanyalah merupakan kiasan yang punya arti positif bukan negatif.
Umat Islam dalam membaca ayat Alkita seperti “Yesus anak domba Allah” atau “Yesus adalah anak domba Paskah”, tidak akan serta merta mengartikan sebagai hal yang negatip.
Demikian juga dengan Ismail disebut “seperti keledai liar”, janganlah umat Kristiani langsung manganggap itu sebagai hal negatip.
Dalam kitab suci Al Qur’an, Allah SWT sangat memuliakan nabi Ismail bersama nabi-nabi lainnya, sebab mereka itu adalah orang-orang pilihan-Nya, yang tidak mungkin punya akhlak yang buruk atau tercela. Perhatikan ayat Al Qur’an di bawah ini :
 

“ Dan (juga) Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth, semuanya Kami lebihkan (derajatnya) dari lain-lain manusia dan (Kami lebihkan pula) di antara bapak-bapak, keturunan dan saudara-saudara mereka, Kami pilih dan Kami tunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Q.S. 6 Al An’aam 86:87)
Sambungan hal.6

Translate

© Copyright 2013 ujan tampear powered by Blogger |