Silsilah Yesus Dan Nabi Muhammad .Saw 4
Benarkah
Keturunan Ham Bangsa Terkutuk?
Memang jika kita baca sepintas saja
akan terkesan bahwa keturunan Ham adalah bangsa terkutuk, sebab ayat yang mereka
kutip hanyalah potongannya saja. Tapi jika kita baca secara utuh, kisah nabi Nuh
dalam Alkitab, ternyata tidaklah seperti apa yang mereka tuduhkan. Marilah kita
pelajari dengan seksama kutipan Alkitab di bawah ini secara utuh.
“Anak-anak Nuh
yang keluar dari bahtera ialah Sem, Ham dam Yafet; Ham adalah Bapa Kanaan. Yang
tiga inilah anak-anak Nuh, dan dari mereka inilah tersebar penduduk seluruh
bumi. Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Setelah ia
munim anggur mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. Maka Ham Bapa Kanaan
itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar.
Sesudah itu Sem dan Yafet mengambil sehelai kain dan membentangkannya pada bahu
mereka berdua, lalu mereka berjalan mundur; mereka menutupi aurat ayahnya sambil
berpaling muka, sehingga ia tidak melihat aurat ayahnya. Setelah nabi Nuh sadar
dari mabuknya dan mendengar apa yang dilakukan anak bungsunya kepadanya,
berkatalah ia : “Terkutuklah Kanaan hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina
bagi saudara-saudaranya.” Lagi katanya : “Terpujilah Tuhan, Allah Sem tetapi
hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya. Allah meluaskan kiranya temapat kediaman
Yafet, hendaklah ia tinggal dalam kemah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi
hamba baginya.” (Kej 9:18-27)
Setelah kita baca secara utuh jalan
cerita di atas, maka timbul pertanyaan apa sebenarnya kesalahan si Ham anak nabi
Nuh tersebut? Bukankah justru Ham adalah sebagai dewa penolong bagi
bapaknya?
Ketika Ham melihat bapaknya mabuk
dan telanjang bugil, dia langsung memberitahukan kepada kedua saudaranya, agar
aurat bapaknya ditutup dengan kain.
Untung anaknya laki-laki (Ham) yang
pertama kali melihat aurat bapaknya yang mabuk dan bugil tersebut. Coba kalau
terlihat oleh istri-istri anaknya nabi Nuh (menantunya), kan lebih memalukan,
apalagi mereka semua tinggal dalam serumah. Mestinya secara logika Ham inilah
yang berjasa karena dia cepat memberitahukan keadaan bapaknya kepada kedua
kakaknya sehingga tidak terlihat aurat bapaknya oleh istri-istri mereka. Tapi
sungguh disayangkan , begitu bapaknya (Nuh) sadar dari mabuk dan bugil ria
justru Ham langsung dikutuk olehnya. Sudah dikutuk dijadikan budak bagi saudara
kandungnya sendiri. Ini tentu sangat kelewatan dan sangat tidak etis,tidak
pantas, tidak rasional. Mestinya Ham ini harus mendapat pujian dan sanjungan
dari bapaknya (Nuh), bukan kutukan !
Dari skenario jalan cerita di atas,
sebenarnya yang terkutuk itu bapak mereka sendiri (Nuh), sebab jika seorang nabi
atau utusan Allah sampai mabuk bahkan telanjang bulat, ini menunjukkan akhlak
yang sangat tidak terpuji sebagai seorang ayah apalagi seorang utusan Allah.
Na’uudzubillahimindzaalik!
Jadi sangat tidak wajar kutukan
seorang mabuk dijadikan hujjah untuk mendiskreditkan seseorang hanya karena
ketidaksukaan atau kebencian terhadap suatu agama!. Jika Allah yang mengutuk
Ham, mungkin bisa kita tinjau apa alasan Allah mengutuknya. Tapi karena yang
mangutuk Ham adalah manusia biasa (bapaknya sendiri) apalagi dalam keadaan mabuk
dan bugil, tentu sulit diterima akal sehat, sebab sebenarnya yang mengutuknya
itulah yang terkutuk, sebab jika benar Nuh itu seorang nabi Allah lalu mabuk
sambil bugil, tentu perbuatannya itu sangat tercela di hadapan Allah bahkan
pebuatannya itu pasti terkutuk!
Jadi kesimpulannya, Ham bukan dari
keturunan terkutuk, tapi yang mengutuk itulah yang terkutuk! Jika Alkitab
mengatakan kebobrokan dan kebejatan nabi Allah seperti Nuh yang mabuk dan bugil
ria, justru Al Qur’an sangat memuliakan beliau. Tidak mungkin seorang nabi
pilihan Allah melakukan perbuatan bejat. Sudah salah mengutuk Ham, malah
dijadikan budak bagi kedua saudara kandungnya sendiri. Ini sangat kelawatan dan
sangat tidak manusiawi bagi ukuran seorang ayah terhadap anaknya, apalagi dia
adalah seorang utusan Allah.
Jika Alkitab sangat melecehkan
akhlak nabi NUH seperti yang dilukiskan dalam ayat Alkitab tadi, justru Al
Qur’an sangat memuliakan nabi Nuh.
“Sesungguhnya
Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran, melebihi
segala bangsa (pada waktu itu).” (Q.S. 3 Ali Imran
33)
“Sesungguhnya kami
telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata : “Hai kaumku, sembahlah
Allah, sekali-kalitidak ada Tuhan selain-Nya. Sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa azab di hari kiamat” (Q.S. 7 Al A’raaf
59)
“Salaamun
‘alaa nuuhin fil ‘aalamiin. Innaa ka dzaalika najzil muhsiniin. Innahuu min
‘ibaadinal mu’minin.”
“Sejahtera atas
Nuh pada seluruh alam. Sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya dia (Nuh) termasuk di antara
hamba kami yang beriman.” (Q.S. 37 Ash Shaaffat
79-81).
Sambungan hal.5




