Post

Sejarah Terjadinya dan Perkembangannya Serta Hal-hal yang Bersangkutan

SIAPA PEMILIK TANAH SUCI? ------------------------------------------------------------ Hampir semua pelajar tentang Bible (Al-kitab) mengetahui bahwa pohon tin (Fig Tree) itu adalah lambang Ummat Yahudi, bukannya Bani Israel. Marilah kita periksa hal ini dalam Bible, di mana Yesus mengutuk di Kitab-kitab MATIUS 21:18-19 dan di MARKUS 11:12-14, 20-21 ketika Beliau berkata: "Janganlah jadi buah dari padamu lagi selama-lamanya." Dalam MATIUS 21:43 Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi: "Sebab itu Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu, dan diberikan kepada suatu bangsa yang menghasilkan buahnya." Palestina (Israel) yang kini diduduki Yahudi harus pindah tangan ke bangsa lain yang menghasilkan buah baik (bangsa Arab dari tahun 637-1967).
  Orang yang tak terpelajar menyalahgunakan MATIUS 24:32-33 "Ambillah ibaratnya dari pada pohon ara: pada ketika cabangnya lembut dan daunnya bertunas, memang kamu ketahui, bahwa musim panas hampir. Demikian juga kamu: pada masa kamu nampak segala sesuatu itu jadi, ketahuilah olehmu, bahwa hal itu sudah dekat di muka pintu." Ternyata pohon ara (= tin) ini hanya berdaun tapi tidak berbuah. Dari itu, hanya menghasilkan kejahatan; dan menurut Yesus dalam MATIUS 7:18-20, "Setiap pohon yang tak memberi buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api. Sebab itu dari pada buahnya kamu akan mengenali dia." "... tanah itu Aku punya ..." (Imamat 25:23) ... orang yang lemah lembut hatinya itu akan mempusakai tanah itu kelak (MAZMUR 37:11, MATIUS 5:5). Marilah kita meneliti dengan singkat dakwaan bahwa orang-orang Yahudilah pemilik Tanah Suci. Bagi seorang pembaca Bible yang acuh tak acuh, mungkin kelihatannya seolah-olah ada janji Tuhan untuk memberi suatu negeri bagi suatu bangsa tertentu, beribu-ribu tahun yang silam, guna dimilikinya untuk selama-lamanya. Jika benar hak itu ada, hal ini harus dipelajari betul-betul. Marilah kita teliti beberapa Tulisan Suci yang diketahui orang, dan yang telah mempengaruhi secara mendalam khususnya kawan-kawan kita ahli masa depan (futurist). Untuk pertimbangan, ambillah tiga pertanyaan penting di bawah ini, yakni: 1. Kepada siapa perjanjian itu diberikan? 2. Daerah mana sebenarnya yang dijanjikan itu? .... dan 3. Apakah janji itu tak dapat dibatalkan dan tanpa syarat? I. Janji jelas mengenai Palestina kepada keturunan Ibrahim yang diberikan di Sikhem (kini NABLUS) dalam KEJADIAN 12:7 - "Tanah ini akan Kuanugerahkan kepada anak-cucumu." Kepada Ibrahim yang sedang berdiri di atas sebuah bukit Bait-el dikatakan: "seluruh tanah yang kamu lihat kepada kau Aku akan berikan, dan kepada anak-buahmu untuk selama-lamanya." KEJADIAN 15:18 ada lebih tegas "Aku telah memberi tanah itu akan anak-buahmu, yaitu dari pada sungai Mesir sampai kepada sungai besar, yaitu sungai Furat." Janji ini diulangi kembali ke pada Ishak, dan kepada Yakub dalam ayat 28:13,14 - "maka tanah, tempat engkau berbaring atasnya, itu pun akan kuberikan kepadamu dan kepada anak buahmu. Maka anak buahmupun akan menjadi seperti debu tanah banyaknya dan engkau pun akan merambah ke timur dan ke barat, ke utara dan ke selatan, maka dalammu dan dalam benihmu segala bangsa di bumi akan memperoleh berkat." Ketika Ibrahim membuat suatu perjanjian dengan Tuhan tentang khitan (sunat) dalam fasal 17:10, maka seluruh tanah Kanaan dijanjikan kepadanya sebagai "milik yang abadi." Ada lagi lain-lain yang dapat dikutip, tapi ini cukuplah untuk yang dimaksud. Kini umumnya diduga bahwa janji-janji tersebut dibuat untuk orang-orang Yahudi, dan semata-mata untuk orang-orang Yahudi saja. Tetapi hal itu bukan apa yang dikatakan dalam Bible. Kata-kata "kepada benihmu" tak dapat dielakkan mencakup bangsa-bangsa Arab yang juga merupakan keturunan Ibrahim melalui Ismail. Bahwa Ismail bin Ibrahim, moyangnya bangsa-bangsa Arab, dapat memiliki negeri ini, dikuatkan dalam KEJADIAN 25:18. Bangsa-bangsa Arab tetap memegang haknya tinggal di semenanjung itu hingga hari ini, dan kenyataan ini saja cukup mencegah Negara Zionist untuk memperoleh pengakuan penuh sebagai suatu bangsa antara bangsa-bangsa modern. Dibutuhkan penekanan luar biasa, melalui pemaksaan hukum yang ekstrim, untuk membalikkan tujuan kini dari program Zionist. Ramalan Nabi tentang kejadian-kejadian yang akan datang pasti akan memenuhi apa yang Nabi Zakharia (Zakariya a.s.) telah nubuatkan: " ... dan mereka itu akan memandang kepadaku, yang telah ditikamnya, dan mereka itu akan meratap akan dia, selaku peratap akan anak laki-laki yang tunggal!" (ZAKHARIA 12:10). Dalam WAHYU 1: 7, Yahya tetapkan waktunya: "Tengoklah, Ia datang dengan awan, dan Ia akan kelihatan kepada tiap-tiap mata, demikian juga kepada orang yang menikam Dia; maka segala bangsa di dunia ini akan memandang Dia serta meratap. Bahkan, Amin." KEJADIAN mencatat bahwa Ibrahim adalah juga ayah dari banyak suku-suku Arab Utara, dari gundiknya Keturah. Tak dapat (disangkal bahwa kata-kata dalam KEJADIAN 21:10-13 membatalkan janji-janji tentang benih Ibrahim sebagai suatu keseluruhan: (Sarah) berkata kepada Ibrahim: Nyahkanlah sahaya perempuan ini serta dengan anaknya, karena anak sahaya perempuan ini tiada boleh menjadi waris serta dengan anakku Ishak itu. Maka kepada pemandangan Ibrahim kata ini amat jahat adanya, oleh sebab anaknya itu. Tetapi firman Allah kepada Ibrahim: "Janganlah jahat kepada pemandanganmu barang yang telah dikatakan Sarah akan hal budak itu dan akan hal sahayamu; dengarlah olehmu akan katanya, karena dalam Ishaklah benihmu akan disebut. Maka anak sahayamu itu pun akan kujadikan suatu bangsa, karena ia pun dari pada benihmu. Memang benar bahwa selanjutnya antara anak buah Ishak, "bibit Ibrahim," mengambil arti Bani Israel; tetapi tidak demikian pada mulanya, sebab keturunan Ismail berhak pula disebut dan menganggap dirinya juga dari benih Ibrahim dalam arti yang sebetulnya . Lebih lagi, ketika perjanjian khitan dibuat dengan Ibrahim (KEJADIAN 17) dan tanah Kanaan dijanjikan sebagai "milik abadi" (yang dimaksud untuk jangka waktu lama), Ismaillah yang dikhitan: Ishak pada waktu itu belum dilahirkan. Dari studi yang ringkas ini tentang janji Tuhan bagi keturunan sejati (kandung) dari Ibrahiln, kita melihat bahwa janji yang pertama pasti mencakup anak buah Ismail; tetapi kemudian di zaman Ishak dan Ya'kub janji itu diperkecil kepada keturunan mereka, walaupun tidak dengan menyolok mengeluarkan para misan (saudara sepupu) Arab mereka; dan diketahui benar bahwa banyak orang-orang Arab mengiringi Yusak dan Kaleb masuk ke Palestina ketika sebagian dari negara tersebut diduduki. II. Soal kedua mengenai beberapa luasnya ,'negara yang dijanjikan', agak sulit ditentukan. Ada kata-kata yang menyebutkan bahwa ,'negara ini mulai dari Sikhem (Nablus) dan kemudian mencakup daerah dari "sungai di Mesir" sampai ke kali Furat (di Iraq); dan fasal yang ketiga mengatakan bahwa keturunan Ibrahim akan tersebar keempat penjuru angin. Di sini sangat penting untuk diingat bahwa janji kekuasaan dari Nil sampai Furat dibuat sebelum kelahiran Ismail dan sebelum kelahiran Ishak, dan oleh karenanya daerah ini tak dapat dianggap semata-mata milik bangsa lsrael, kecuali pada masa kerajaan Soleiman yang singkat (I RAJA-RAJA 4:21); sedangkan untuk masa beratus-ratus tahun daerah ini diduduki oleh bangsa Arab. Dari KEJADIAN 13:15 nyata bahwa Transyordania termasuk dalam janji kepada Ibrahim, sebab dipandang dari bukit di Bethel; tetapi janji itu sebelum kelahiran Ismail dan Ishak dan karenanya tak dapat dikatakan bahwa di seberang sungai Yordan adalah semata-mata untuk orang Israel. Dalam ULANGAN, Musa berkata kepada Ummatnya bahwa mereka harus pergi masuk dan menduduki daerah mulai dari Laut Tengah di Barat sampai sungai Furat di Timur; dan dan Najeb di Selatan sampai ke Libanon di Utara. Tetapi perintah ini tak dapat dilaksanakan oleh Bani Israil. Mereka tidak mampu merebut daerah pesisir yang dikuasai orang-orang Filistin, dan mereka tidak pernah mampu memiliki pelabuhan-pelabuhan atau daerah pedalaman Funisia (Phoenicia). Beberapa abad kemudian di bawah pemerintahan Daud, mereka merebut Damaskus, dan Daud membuat perjanjian persahabatan dengan Hiram, raja dari Tyre, sehingga ketika Raja Soleiman mengadakan upacara peresmian Haikal dihadiri oleh utusan-utusan dari Utara (seperti dari kawasan Hama), dari Selatan sampai sejauh El-Arisj pada masa sekarang ini. Walaupun demikian, sebelum berakhirnya masa pemerintahan Soleiman, banyak dari daerah kerajaan Daud sudah direbut kembali oleh penguasa sebelumnya. Siapa saja yang telah mempelajari sejarah lama, mengetahui tentang adanya peperangan yang terus menerus sehingga pada akhirnya dari kerajaan Yudea hanya tersisa daerah seluas beberapa ratus mil persegi di sekitar kota Yerusalem (Antara lain Qudus); dan ini pun kemudian dirampas oleh Babilonia kira-kira 600 tahun sebelum Kristus. Pada akhirnya, apakah janji itu dapat diganggu-gugat? Ya, demikianlah. Perhatikanlah bahwa dua dari ayat-ayat dikutip di bawah: menggunakan kata-kata "untuk selamanya" dan "abadi." Kedua kata ini adalah saduran dari aselinya dalam logat Ibrani. Kata Ibrani "olam" artinya "waktu lama" "tumpukan kotoran dulu," "pintu gerbang dulu," "semenjak dulu," dan semua istilah yang senada diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan "untuk selamanya" atau "abadi." Misalnya, ahli MAZMUR (psalmist) berkata: "Saya akan bernyanyi untuk selama lamanya," suatu istilah yang oleh seorang ahli penafsir dari Tulisan Suci sekali pun sukar membayangkan maksud arti kata itu dengan sebenarnya. Ringkasnya, dari hal-hal yang telah dikemukakan di atas, orang terpaksa menarik kesimpulan bahwa negara Palestina pada mulanya tidak hanya dijanjikan kepada orang-orang Yahudi semata-mata, dan bahwa janji pertama adalah tidak mutlak ("negeri ini "3 dan kemudian diperluas mencakup Trans Yordania, Syria, Libanon, dan daerah penggembalaan sampai ke Furat. Akhirnya kita berkesimpulan bahwa tidak pernah ada suatu janji tanpa syarat tentang milik abadi, walaupun dengan maksud jangka panjang yang tidak terbatas.[7] BEBERAPA KESALAHPAHAMAN ------------------------------------------------------------ Kini kita sampai kepada suatu titik yang berhubungan langsung dengan kesalahpahaman hari-hari tentang nubuatan dalam Bible. Jika sekiranya tidak ada Tulisan-tulisan Nabi, sudah tentu nampaknya bahwa janji-janji tentang pendudukan negeri Kanaan adalah tanpa syarat. Tetapi, kita harus ingat bahwa persetujuan hubungan antara Bani Israil dan Yehovah menuntut kesetiaan dari rakyat, kejujuran perorangan dan kelompok. Jika orang-orang gagal dalam segi-segi ini, masa depan yang mengerikan menunggu mereka. ULANGAN 28:15 "Tetapi akan jadi kelak, jikalau tiada kamu mau dengar akan bunyi suara Tuhan Allahmu, supaya kamu melakukan dengan yakin segala hukumnya dan undang-undangnya, yang kupesan kepadamu sekarang, maka sela kutuk ini akan datang atas kamu dan akan terkena kepadamu ... 64: Maka Tuhan pun akan mencerai-beraikan kamu di antara segala bangsa, dari pada hujung bumi datang kepada hujungnya, maka di sana biarlah kamu berbuat bakti kepada berhala, yang tiada dikenal dahulu oleh kamu atau oleh nenek-moyangmu pun tidak, yaitu yang dari pada kayu atau batu. 65: Maka di antara bangsa-bangsa itu kamu pun tiada akan senang, dan tiada akan ada perhentian bagi tapak kakimu, karena di sana Tuhan akan memberi kepadamu hati yang gemetar selalu dan mata bilis dan duka-cita. 66: Maka nyawamu akan bergantung pada rambut sehelai di hadapanmu ..." Bagi setiap peneliti kebenaran yang jujur, nyatalah bahwa janji-janji bersyarat kepada para nenek-moyang, telah batal karena murtadnya bangsa Israel. Dan ketika Assyria memindahkan penduduk Sumaria, dan Babilonia penduduk Yudah, para Nabi sadar bahwa malapetaka-malapetaka ini adalah suatu hukuman patut dari keadilan Tuhan atas "kamu yang ingkar dan yang babil" (RUM 10:21). Tetapi, para pemimpin Bani Israel mengajar bahwa suatu sisa akan kembali, dan akan membangun kembali Heikal dan penghidupan jemaah menurut syariat. Mereka menanti suatu saat apabila dunia akan berisi marifat Ilahi. Terlalu sering kita lupa bahwa orang-orang ini adalah penyair-penyair yang diilhami dengan mencampur-baurkan antara hal-hal yang praktis (seperti Kembali dari Pembuangan di Babilonia) dengan khayalan akan padang pasir yang ditumbuhi bunga mawar, singa yang berbaring dengan seekor anak domba, tentara yang menempa pedangnya menjadi alat penuai dan menjauhkan diri untuk selama-lamanya dari peperangan dan sebagainya. Yang praktis menjadi kenyataan, tetapi yang khayal tetap merupakan khayalan belaka. Sebab kenyataan bahwa segala-galanya yang diinginkan orang, tidak terlaksana dalam pendudukan Yahudi di Palestina, maka ada suatu kecenderungan untuk menafsirkan bukan saja sabda-sabda para Nabi tentang eskatologi (seperti mati, akhirat), tapi juga nubuat-nubuat yang praktis dan soal-soal politik ("the practical and political prophecies"), seolah-olah akan terpenuhi pada suatu waktu kelak di kemudian hari. Begitulah masih berharap kawan-kawan kita akan seribu tahun kerajaan Tuhan dan akan kejadian-kejadian pada akhir zaman (our millenarian and futurist friends) apabila semua Yahudi dapat dikembalikan ke Palestina dan membentuk satu negara. Zaman Keemasan secara ajaib akan serta-merta timbul di bumi. Tetapi pandangan demikian merupakan suatu pemutarbalikkan dari nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama yang meramalkan pemulangan dari Babilonia, di mana orang-orang Yahudi telah dibuang. Nubuat-nubuat ini telah terpenuhi. Setelah 70 tahun orang-orang Yahudi kembali dari Babilonia ke Palestina, dan mereka membangun kembali Heikal. Untuk masa yang pendek mereka memperoleh kemerdekaan politik di bawah Makkabe. Jadi, nubuat-nubuat tentang Kembali sudah dipenuhi, dan tidak mungkin masih ada lagi yang harus dipenuhi. Tidak ada suatu apapun dalam Bible tentang "kembali" yang lain, kecuali seseorang Yahudi yang ingin menerima Yesus Kristus sebagai Mesiah-nya. Apakah tidak mengherankan jika setiap Yahudi percaya akan Yesus? (I KORINTUS 12: 13) Sebagaimana kekhasan Israel kuna dengan hari-hari keramatnya, kurban-kurbannya, pemimpin-pemimpin agamanya dan Heikal, begitu pula negaranya hanya merupakan suatu bentuk. Bentuk adalah suatu peraturan sementara dan harus diganti dengan bentuk negara yang lain (antitype). Negara Palestina konon adalah suatu contoh (type) dari tempat tinggal kita di surga dan abadi; demikianlah Israel kuna memberi jalan pada pembahasan bentuk dari Kerajaan Tuhan nan abadi. "SIKAP NASARA TERHADAP PALESTINA?" ------------------------------------------------------------ Arti dari Yerusalem dan Tanah Suci tidak memerlukan ketegasan. Tetapi, apakah tidak nampak aneh bahwa masalah Palestina yang begitu menyibukkan para ahli politik, jarang dipercakapkan dalam suatu hubungan yang benar-benar bersifat kenasranian. Lebih mengherankan lagi adanya kenyataan bahwa banyak pemimpin agama, yang sebetulnya dapat diharapkan menandaskan kemasygulan Nasrani tentang kejadian, dan apa yang akan terjadi, di Tanah Suci. Seakan-akan batinnya tak menghiraukan suatu percakapan yang hanya dimonopoli oleh wartawan sayap kiri, strategist militer dan para politisi yang ambisius; sedikit dari pada mereka yang kelihatannya beragama, dan lebih banyak yang mempunyai maksud-maksud lain tertentu. Banyak dari pada pemimpin-pemimpin gereja akan muncul dengan alasan bahwa orang-orang Kristen, dan terutama para khatib, harus jauh dan bersih dari politik. (Mereka lebih suka bahwa si Anti-Krist/Dajjal yang memainkan peranan). Tetapi mereka ini lupa bahwa adanya dosa adalah karena kelalaian di samping ada pula karena perbuatan. Kami dengan rendah hati berpendapat bahwa itu adalah salah bagi kita untuk menerima suatu fait accompli politik yang kita ketahui dalam hati kecil kita bahwa itu adalah tidak benar. Gereja, terutama, harus berdiri demi kebenaran dan memperingatkan akan kewajiban-kewajiban kita sebagai orang-orang Nasara. Sebab kalau keadilan terletak di luar Gereja, kita harus mengakui bahwa kemampuannya untuk memberi pimpinan sesungguhnya terbatas. Masalah Palestina meminta pemecahan politis. Ini karena kita akui terutama bahwa itu adalah suatu masalah perikemanusiaan. Jadi, membiarkan orang-orang Israeli melaksanakan pemerintahan politiknya di Palestina sebagai suatu fait accompli, merupakan suatu sikap yang menerima suatu pandangan berpihak, dengan tidak membeberkan kebodohannya tentang nubuat-nubuat dari Alkitab. Tidak dapat disangkal bahwa rakyat Arab baik yang Nasara maupun yang Islam, telah dirampok, diusir atau ditaklukkan kepada Pemerintahan asing. Ini tentu memberikan kepada masalah suatu dimensi agama, dan ini menyadarkan setiap orang dari kita akan suatu beban tanggung jawab moral yang kita tak dapat hindarkan diri; kecuali jika kita dapat berkata bahwa kita mau menerima untuk diri kita sendiri aneka kesulitan dan kezaliman yang ditimpakan atas orang-orang Palestina, maka kita terpaksa membenarkan apa yang telah diperbuat atas mereka, atau mengakui bahwa kita terlalu lemah (atau pengecut) untuk berbuat sesuatu guna menentangnya. Jika demikian, maka ada suatu masalah moral yang memaksa kita prihatin. Gereja (dengan kata ini saya maksudkan semua cabang-cabang dan Agama Nasrani) berkewajiban memberikan suatu bimbingan kepada mereka dan pada kita yang menghormati kekuasaannya. Kita mempunyai kewajiban untuk menerima bimbingan itu dan berbuat apa yang kita mampu untuk mengamalkannya. Jika tidak, maka kita telah mendemonstrasikan kepada dunia bahwa kita telah mengenyampingkan tanggung jawab yang termasuk dalam penerimaan iman Nasrani. Seharusnya ada lebih banyak tekanan atas pemerintahan kita dan lebih banyak tekanan dalam surat kabar atas keperluan bertindak. Tetapi apa yang kita dengar? Suatu suara yang terus menerus didengungkan bukan untuk melenyapkan kekejaman itu, tetapi untuk melanjutkannya. Suara-suara tenar yang meminta senjata-senjata yang lebih modern; bukan untuk mereka yang menderita dari kekejamaan, tetapi untuk mereka yang memetik keuntungan dari dilanjutkannya pendudukan atas tanah-tanah yang dirampok dan orang-orang pnbumi Palestina. Apapun haluan mereka yang sudah atau yang sekarang ini terhadap orang-orang Yahudi, yang telah merusak sejarah dari Timur-Tengah untuk membenarkan permusuhan terbuka terhadap bangsa-bangsa Arab, membuktikan kepada dunia bahwa mereka adalah "racists." Propaganda "Ummat Terpilih" (yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi) telah membuat banyak untuk merobah politik-politik Barat terhadap Timur Tengah sejak 30 tahun yang lalu. Ini telah mengakibatkan aniaya terhadap orang-orang Palestina dan kekacauan teologis dalam beberapa organisasi gerejani seperti "Assemblies of God," "Baptist" dan lain-lain Fundamentalists. Orang-orang Kristen setuju menghormati wewenang Perjanjian Lama, tetapi mereka berjauhan dalam penafsirannya. Semua mufakat tentang adanya perjanjian antara Tuhan dan Israel purba; suatu perjanjian yang membebankan kewajiban-kewajiban dan juga memberi hak-hak. Ketika kewajiban-kewajiban ini diabaikan, orang-orang Yahudi dapat siksaan dan dibuang ke Babilonia. Hal ini sudah dinubuatkan pula oleh para Nabi, dan terus oleh Yeremiah yang melipurkan umat dengan kata-kata bahwa walaupun aneka dosa mereka telah membatalkan perjanjian Lama dan harus menerima hukumannya, Tuhan dalam kebijaksanaanNya akan mengutus seorang Juru Hukum Baru yang akan menguatkan Perjanjian Baru (Yer. 31:31). Tidak akan ada anggota "Yahudi," juga tidak "Yunani," terbuka bagi siapa saja yang menerima Yesus Kristus. Demikianlah, negara Palestina bukanlah pengharapan Kristen. Kewarganegaraan kita ada di dalam Yerusalem Baru. (Lbr 11:10, 16, 12: 22-24; 13: 14; Wahyu 21:2 10; 22-19).8 YEREMIA 31:31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan ... dan seterusnya. IBRANI 11:10, 16 - Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka. IBRANI 12:22-24 - Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan meriah, dan kepada jemaah anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara Perjanjian Baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada Habel. IBRANI 13:14 - Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota .... dan seterusnya. WAHYU 21: 2, 10 - Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, dan seterusnya. WAHYU 22:19 - Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam ... dan seterusnya.

Translate

© Copyright 2013 ujan tampear powered by Blogger |