Sejarah Terjadinya dan Perkembangannya Serta Hal-hal yang Bersangkutan
SIAPA PEMILIK TANAH SUCI?
------------------------------------------------------------
Hampir semua pelajar tentang Bible (Al-kitab) mengetahui
bahwa pohon tin (Fig Tree) itu adalah lambang Ummat Yahudi,
bukannya Bani Israel. Marilah kita periksa hal ini dalam
Bible, di mana Yesus mengutuk di Kitab-kitab MATIUS 21:18-19
dan di MARKUS 11:12-14, 20-21 ketika Beliau berkata:
"Janganlah jadi buah dari padamu lagi selama-lamanya."
Dalam MATIUS 21:43 Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi:
"Sebab itu Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan
diambil dari padamu, dan diberikan kepada suatu bangsa yang
menghasilkan buahnya." Palestina (Israel) yang kini diduduki
Yahudi harus pindah tangan ke bangsa lain yang menghasilkan
buah baik (bangsa Arab dari tahun 637-1967).
Orang yang tak terpelajar menyalahgunakan MATIUS 24:32-33
"Ambillah ibaratnya dari pada pohon ara: pada ketika
cabangnya lembut dan daunnya bertunas, memang kamu ketahui,
bahwa musim panas hampir. Demikian juga kamu: pada masa kamu
nampak segala sesuatu itu jadi, ketahuilah olehmu, bahwa hal
itu sudah dekat di muka pintu."
Ternyata pohon ara (= tin) ini hanya berdaun tapi tidak
berbuah. Dari itu, hanya menghasilkan kejahatan; dan menurut
Yesus dalam MATIUS 7:18-20, "Setiap pohon yang tak memberi
buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.
Sebab itu dari pada buahnya kamu akan mengenali dia."
"... tanah itu Aku punya ..." (Imamat 25:23) ... orang yang
lemah lembut hatinya itu akan mempusakai tanah itu kelak
(MAZMUR 37:11, MATIUS 5:5).
Marilah kita meneliti dengan singkat dakwaan bahwa
orang-orang Yahudilah pemilik Tanah Suci. Bagi seorang
pembaca Bible yang acuh tak acuh, mungkin kelihatannya
seolah-olah ada janji Tuhan untuk memberi suatu negeri bagi
suatu bangsa tertentu, beribu-ribu tahun yang silam, guna
dimilikinya untuk selama-lamanya. Jika benar hak itu ada,
hal ini harus dipelajari betul-betul. Marilah kita teliti
beberapa Tulisan Suci yang diketahui orang, dan yang telah
mempengaruhi secara mendalam khususnya kawan-kawan kita ahli
masa depan (futurist).
Untuk pertimbangan, ambillah tiga pertanyaan penting di
bawah ini, yakni:
1. Kepada siapa perjanjian itu diberikan?
2. Daerah mana sebenarnya yang dijanjikan itu? .... dan
3. Apakah janji itu tak dapat dibatalkan dan tanpa syarat?
I. Janji jelas mengenai Palestina kepada keturunan Ibrahim
yang diberikan di Sikhem (kini NABLUS) dalam KEJADIAN 12:7 -
"Tanah ini akan Kuanugerahkan kepada anak-cucumu." Kepada
Ibrahim yang sedang berdiri di atas sebuah bukit Bait-el
dikatakan: "seluruh tanah yang kamu lihat kepada kau Aku
akan berikan, dan kepada anak-buahmu untuk selama-lamanya."
KEJADIAN 15:18 ada lebih tegas "Aku telah memberi tanah itu
akan anak-buahmu, yaitu dari pada sungai Mesir sampai kepada
sungai besar, yaitu sungai Furat." Janji ini diulangi
kembali ke pada Ishak, dan kepada Yakub dalam ayat 28:13,14
- "maka tanah, tempat engkau berbaring atasnya, itu pun akan
kuberikan kepadamu dan kepada anak buahmu. Maka anak
buahmupun akan menjadi seperti debu tanah banyaknya dan
engkau pun akan merambah ke timur dan ke barat, ke utara dan
ke selatan, maka dalammu dan dalam benihmu segala bangsa di
bumi akan memperoleh berkat."
Ketika Ibrahim membuat suatu perjanjian dengan Tuhan tentang
khitan (sunat) dalam fasal 17:10, maka seluruh tanah Kanaan
dijanjikan kepadanya sebagai "milik yang abadi." Ada lagi
lain-lain yang dapat dikutip, tapi ini cukuplah untuk yang
dimaksud.
Kini umumnya diduga bahwa janji-janji tersebut dibuat untuk
orang-orang Yahudi, dan semata-mata untuk orang-orang Yahudi
saja. Tetapi hal itu bukan apa yang dikatakan dalam Bible.
Kata-kata "kepada benihmu" tak dapat dielakkan mencakup
bangsa-bangsa Arab yang juga merupakan keturunan Ibrahim
melalui Ismail.
Bahwa Ismail bin Ibrahim, moyangnya bangsa-bangsa Arab,
dapat memiliki negeri ini, dikuatkan dalam KEJADIAN 25:18.
Bangsa-bangsa Arab tetap memegang haknya tinggal di
semenanjung itu hingga hari ini, dan kenyataan ini saja
cukup mencegah Negara Zionist untuk memperoleh pengakuan
penuh sebagai suatu bangsa antara bangsa-bangsa modern.
Dibutuhkan penekanan luar biasa, melalui pemaksaan hukum
yang ekstrim, untuk membalikkan tujuan kini dari program
Zionist. Ramalan Nabi tentang kejadian-kejadian yang akan
datang pasti akan memenuhi apa yang Nabi Zakharia (Zakariya
a.s.) telah nubuatkan:
" ... dan mereka itu akan memandang kepadaku, yang telah
ditikamnya, dan mereka itu akan meratap akan dia, selaku
peratap akan anak laki-laki yang tunggal!" (ZAKHARIA 12:10).
Dalam WAHYU 1: 7, Yahya tetapkan waktunya: "Tengoklah, Ia
datang dengan awan, dan Ia akan kelihatan kepada tiap-tiap
mata, demikian juga kepada orang yang menikam Dia; maka
segala bangsa di dunia ini akan memandang Dia serta meratap.
Bahkan, Amin."
KEJADIAN mencatat bahwa Ibrahim adalah juga ayah dari banyak
suku-suku Arab Utara, dari gundiknya Keturah. Tak dapat
(disangkal bahwa kata-kata dalam KEJADIAN 21:10-13
membatalkan janji-janji tentang benih Ibrahim sebagai suatu
keseluruhan: (Sarah) berkata kepada Ibrahim: Nyahkanlah
sahaya perempuan ini serta dengan anaknya, karena anak
sahaya perempuan ini tiada boleh menjadi waris serta dengan
anakku Ishak itu. Maka kepada pemandangan Ibrahim kata ini
amat jahat adanya, oleh sebab anaknya itu. Tetapi firman
Allah kepada Ibrahim: "Janganlah jahat kepada pemandanganmu
barang yang telah dikatakan Sarah akan hal budak itu dan
akan hal sahayamu; dengarlah olehmu akan katanya, karena
dalam Ishaklah benihmu akan disebut. Maka anak sahayamu itu
pun akan kujadikan suatu bangsa, karena ia pun dari pada
benihmu.
Memang benar bahwa selanjutnya antara anak buah Ishak,
"bibit Ibrahim," mengambil arti Bani Israel; tetapi tidak
demikian pada mulanya, sebab keturunan Ismail berhak pula
disebut dan menganggap dirinya juga dari benih Ibrahim dalam
arti yang sebetulnya .
Lebih lagi, ketika perjanjian khitan dibuat dengan Ibrahim
(KEJADIAN 17) dan tanah Kanaan dijanjikan sebagai "milik
abadi" (yang dimaksud untuk jangka waktu lama), Ismaillah
yang dikhitan: Ishak pada waktu itu belum dilahirkan.
Dari studi yang ringkas ini tentang janji Tuhan bagi
keturunan sejati (kandung) dari Ibrahiln, kita melihat bahwa
janji yang pertama pasti mencakup anak buah Ismail; tetapi
kemudian di zaman Ishak dan Ya'kub janji itu diperkecil
kepada keturunan mereka, walaupun tidak dengan menyolok
mengeluarkan para misan (saudara sepupu) Arab mereka; dan
diketahui benar bahwa banyak orang-orang Arab mengiringi
Yusak dan Kaleb masuk ke Palestina ketika sebagian dari
negara tersebut diduduki.
II. Soal kedua mengenai beberapa luasnya ,'negara yang
dijanjikan', agak sulit ditentukan. Ada kata-kata yang
menyebutkan bahwa ,'negara ini mulai dari Sikhem (Nablus)
dan kemudian mencakup daerah dari "sungai di Mesir" sampai
ke kali Furat (di Iraq); dan fasal yang ketiga mengatakan
bahwa keturunan Ibrahim akan tersebar keempat penjuru angin.
Di sini sangat penting untuk diingat bahwa janji kekuasaan
dari Nil sampai Furat dibuat sebelum kelahiran Ismail dan
sebelum kelahiran Ishak, dan oleh karenanya daerah ini tak
dapat dianggap semata-mata milik bangsa lsrael, kecuali pada
masa kerajaan Soleiman yang singkat (I RAJA-RAJA 4:21);
sedangkan untuk masa beratus-ratus tahun daerah ini diduduki
oleh bangsa Arab.
Dari KEJADIAN 13:15 nyata bahwa Transyordania termasuk dalam
janji kepada Ibrahim, sebab dipandang dari bukit di Bethel;
tetapi janji itu sebelum kelahiran Ismail dan Ishak dan
karenanya tak dapat dikatakan bahwa di seberang sungai
Yordan adalah semata-mata untuk orang Israel.
Dalam ULANGAN, Musa berkata kepada Ummatnya bahwa mereka
harus pergi masuk dan menduduki daerah mulai dari Laut
Tengah di Barat sampai sungai Furat di Timur; dan dan Najeb
di Selatan sampai ke Libanon di Utara. Tetapi perintah ini
tak dapat dilaksanakan oleh Bani Israil. Mereka tidak mampu
merebut daerah pesisir yang dikuasai orang-orang Filistin,
dan mereka tidak pernah mampu memiliki pelabuhan-pelabuhan
atau daerah pedalaman Funisia (Phoenicia). Beberapa abad
kemudian di bawah pemerintahan Daud, mereka merebut
Damaskus, dan Daud membuat perjanjian persahabatan dengan
Hiram, raja dari Tyre, sehingga ketika Raja Soleiman
mengadakan upacara peresmian Haikal dihadiri oleh
utusan-utusan dari Utara (seperti dari kawasan Hama), dari
Selatan sampai sejauh El-Arisj pada masa sekarang ini.
Walaupun demikian, sebelum berakhirnya masa pemerintahan
Soleiman, banyak dari daerah kerajaan Daud sudah direbut
kembali oleh penguasa sebelumnya. Siapa saja yang telah
mempelajari sejarah lama, mengetahui tentang adanya
peperangan yang terus menerus sehingga pada akhirnya dari
kerajaan Yudea hanya tersisa daerah seluas beberapa ratus
mil persegi di sekitar kota Yerusalem (Antara lain Qudus);
dan ini pun kemudian dirampas oleh Babilonia kira-kira 600
tahun sebelum Kristus.
Pada akhirnya, apakah janji itu dapat diganggu-gugat? Ya,
demikianlah. Perhatikanlah bahwa dua dari ayat-ayat dikutip
di bawah: menggunakan kata-kata "untuk selamanya" dan
"abadi." Kedua kata ini adalah saduran dari aselinya dalam
logat Ibrani. Kata Ibrani "olam" artinya "waktu lama"
"tumpukan kotoran dulu," "pintu gerbang dulu," "semenjak
dulu," dan semua istilah yang senada diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan "untuk selamanya" atau "abadi."
Misalnya, ahli MAZMUR (psalmist) berkata: "Saya akan
bernyanyi untuk selama lamanya," suatu istilah yang oleh
seorang ahli penafsir dari Tulisan Suci sekali pun sukar
membayangkan maksud arti kata itu dengan sebenarnya.
Ringkasnya, dari hal-hal yang telah dikemukakan di atas,
orang terpaksa menarik kesimpulan bahwa negara Palestina
pada mulanya tidak hanya dijanjikan kepada orang-orang
Yahudi semata-mata, dan bahwa janji pertama adalah tidak
mutlak ("negeri ini "3 dan kemudian diperluas mencakup Trans
Yordania, Syria, Libanon, dan daerah penggembalaan sampai ke
Furat. Akhirnya kita berkesimpulan bahwa tidak pernah ada
suatu janji tanpa syarat tentang milik abadi, walaupun
dengan maksud jangka panjang yang tidak terbatas.[7]
BEBERAPA KESALAHPAHAMAN
------------------------------------------------------------
Kini kita sampai kepada suatu titik yang berhubungan
langsung dengan kesalahpahaman hari-hari tentang nubuatan
dalam Bible. Jika sekiranya tidak ada Tulisan-tulisan Nabi,
sudah tentu nampaknya bahwa janji-janji tentang pendudukan
negeri Kanaan adalah tanpa syarat. Tetapi, kita harus ingat
bahwa persetujuan hubungan antara Bani Israil dan Yehovah
menuntut kesetiaan dari rakyat, kejujuran perorangan dan
kelompok. Jika orang-orang gagal dalam segi-segi ini, masa
depan yang mengerikan menunggu mereka.
ULANGAN 28:15 "Tetapi akan jadi kelak, jikalau tiada kamu
mau dengar akan bunyi suara Tuhan Allahmu, supaya kamu
melakukan dengan yakin segala hukumnya dan undang-undangnya,
yang kupesan kepadamu sekarang, maka sela kutuk ini akan
datang atas kamu dan akan terkena kepadamu ... 64: Maka
Tuhan pun akan mencerai-beraikan kamu di antara segala
bangsa, dari pada hujung bumi datang kepada hujungnya, maka
di sana biarlah kamu berbuat bakti kepada berhala, yang
tiada dikenal dahulu oleh kamu atau oleh nenek-moyangmu pun
tidak, yaitu yang dari pada kayu atau batu. 65: Maka di
antara bangsa-bangsa itu kamu pun tiada akan senang, dan
tiada akan ada perhentian bagi tapak kakimu, karena di sana
Tuhan akan memberi kepadamu hati yang gemetar selalu dan
mata bilis dan duka-cita. 66: Maka nyawamu akan bergantung
pada rambut sehelai di hadapanmu ..."
Bagi setiap peneliti kebenaran yang jujur, nyatalah bahwa
janji-janji bersyarat kepada para nenek-moyang, telah batal
karena murtadnya bangsa Israel. Dan ketika Assyria
memindahkan penduduk Sumaria, dan Babilonia penduduk Yudah,
para Nabi sadar bahwa malapetaka-malapetaka ini adalah suatu
hukuman patut dari keadilan Tuhan atas "kamu yang ingkar dan
yang babil" (RUM 10:21).
Tetapi, para pemimpin Bani Israel mengajar bahwa suatu sisa
akan kembali, dan akan membangun kembali Heikal dan
penghidupan jemaah menurut syariat. Mereka menanti suatu
saat apabila dunia akan berisi marifat Ilahi. Terlalu sering
kita lupa bahwa orang-orang ini adalah penyair-penyair yang
diilhami dengan mencampur-baurkan antara hal-hal yang
praktis (seperti Kembali dari Pembuangan di Babilonia)
dengan khayalan akan padang pasir yang ditumbuhi bunga
mawar, singa yang berbaring dengan seekor anak domba,
tentara yang menempa pedangnya menjadi alat penuai dan
menjauhkan diri untuk selama-lamanya dari peperangan dan
sebagainya. Yang praktis menjadi kenyataan, tetapi yang
khayal tetap merupakan khayalan belaka.
Sebab kenyataan bahwa segala-galanya yang diinginkan orang,
tidak terlaksana dalam pendudukan Yahudi di Palestina, maka
ada suatu kecenderungan untuk menafsirkan bukan saja
sabda-sabda para Nabi tentang eskatologi (seperti mati,
akhirat), tapi juga nubuat-nubuat yang praktis dan soal-soal
politik ("the practical and political prophecies"),
seolah-olah akan terpenuhi pada suatu waktu kelak di
kemudian hari.
Begitulah masih berharap kawan-kawan kita akan seribu tahun
kerajaan Tuhan dan akan kejadian-kejadian pada akhir zaman
(our millenarian and futurist friends) apabila semua Yahudi
dapat dikembalikan ke Palestina dan membentuk satu negara.
Zaman Keemasan secara ajaib akan serta-merta timbul di bumi.
Tetapi pandangan demikian merupakan suatu pemutarbalikkan
dari nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama yang meramalkan
pemulangan dari Babilonia, di mana orang-orang Yahudi telah
dibuang. Nubuat-nubuat ini telah terpenuhi. Setelah 70 tahun
orang-orang Yahudi kembali dari Babilonia ke Palestina, dan
mereka membangun kembali Heikal. Untuk masa yang pendek
mereka memperoleh kemerdekaan politik di bawah Makkabe.
Jadi, nubuat-nubuat tentang Kembali sudah dipenuhi, dan
tidak mungkin masih ada lagi yang harus dipenuhi.
Tidak ada suatu apapun dalam Bible tentang "kembali" yang
lain, kecuali seseorang Yahudi yang ingin menerima Yesus
Kristus sebagai Mesiah-nya. Apakah tidak mengherankan jika
setiap Yahudi percaya akan Yesus? (I KORINTUS 12: 13)
Sebagaimana kekhasan Israel kuna dengan hari-hari
keramatnya, kurban-kurbannya, pemimpin-pemimpin agamanya dan
Heikal, begitu pula negaranya hanya merupakan suatu bentuk.
Bentuk adalah suatu peraturan sementara dan harus diganti
dengan bentuk negara yang lain (antitype). Negara Palestina
konon adalah suatu contoh (type) dari tempat tinggal kita di
surga dan abadi; demikianlah Israel kuna memberi jalan pada
pembahasan bentuk dari Kerajaan Tuhan nan abadi.
"SIKAP NASARA TERHADAP PALESTINA?"
------------------------------------------------------------
Arti dari Yerusalem dan Tanah Suci tidak memerlukan
ketegasan. Tetapi, apakah tidak nampak aneh bahwa masalah
Palestina yang begitu menyibukkan para ahli politik, jarang
dipercakapkan dalam suatu hubungan yang benar-benar bersifat
kenasranian. Lebih mengherankan lagi adanya kenyataan bahwa
banyak pemimpin agama, yang sebetulnya dapat diharapkan
menandaskan kemasygulan Nasrani tentang kejadian, dan apa
yang akan terjadi, di Tanah Suci. Seakan-akan batinnya tak
menghiraukan suatu percakapan yang hanya dimonopoli oleh
wartawan sayap kiri, strategist militer dan para politisi
yang ambisius; sedikit dari pada mereka yang kelihatannya
beragama, dan lebih banyak yang mempunyai maksud-maksud lain
tertentu.
Banyak dari pada pemimpin-pemimpin gereja akan muncul dengan
alasan bahwa orang-orang Kristen, dan terutama para khatib,
harus jauh dan bersih dari politik. (Mereka lebih suka bahwa
si Anti-Krist/Dajjal yang memainkan peranan). Tetapi mereka
ini lupa bahwa adanya dosa adalah karena kelalaian di
samping ada pula karena perbuatan. Kami dengan rendah hati
berpendapat bahwa itu adalah salah bagi kita untuk menerima
suatu fait accompli politik yang kita ketahui dalam hati
kecil kita bahwa itu adalah tidak benar.
Gereja, terutama, harus berdiri demi kebenaran dan
memperingatkan akan kewajiban-kewajiban kita sebagai
orang-orang Nasara. Sebab kalau keadilan terletak di luar
Gereja, kita harus mengakui bahwa kemampuannya untuk memberi
pimpinan sesungguhnya terbatas.
Masalah Palestina meminta pemecahan politis. Ini karena kita
akui terutama bahwa itu adalah suatu masalah
perikemanusiaan. Jadi, membiarkan orang-orang Israeli
melaksanakan pemerintahan politiknya di Palestina sebagai
suatu fait accompli, merupakan suatu sikap yang menerima
suatu pandangan berpihak, dengan tidak membeberkan
kebodohannya tentang nubuat-nubuat dari Alkitab. Tidak dapat
disangkal bahwa rakyat Arab baik yang Nasara maupun yang
Islam, telah dirampok, diusir atau ditaklukkan kepada
Pemerintahan asing.
Ini tentu memberikan kepada masalah suatu dimensi agama, dan
ini menyadarkan setiap orang dari kita akan suatu beban
tanggung jawab moral yang kita tak dapat hindarkan diri;
kecuali jika kita dapat berkata bahwa kita mau menerima
untuk diri kita sendiri aneka kesulitan dan kezaliman yang
ditimpakan atas orang-orang Palestina, maka kita terpaksa
membenarkan apa yang telah diperbuat atas mereka, atau
mengakui bahwa kita terlalu lemah (atau pengecut) untuk
berbuat sesuatu guna menentangnya.
Jika demikian, maka ada suatu masalah moral yang memaksa
kita prihatin. Gereja (dengan kata ini saya maksudkan semua
cabang-cabang dan Agama Nasrani) berkewajiban memberikan
suatu bimbingan kepada mereka dan pada kita yang menghormati
kekuasaannya. Kita mempunyai kewajiban untuk menerima
bimbingan itu dan berbuat apa yang kita mampu untuk
mengamalkannya. Jika tidak, maka kita telah
mendemonstrasikan kepada dunia bahwa kita telah
mengenyampingkan tanggung jawab yang termasuk dalam
penerimaan iman Nasrani.
Seharusnya ada lebih banyak tekanan atas pemerintahan kita
dan lebih banyak tekanan dalam surat kabar atas keperluan
bertindak. Tetapi apa yang kita dengar? Suatu suara yang
terus menerus didengungkan bukan untuk melenyapkan kekejaman
itu, tetapi untuk melanjutkannya. Suara-suara tenar yang
meminta senjata-senjata yang lebih modern; bukan untuk
mereka yang menderita dari kekejamaan, tetapi untuk mereka
yang memetik keuntungan dari dilanjutkannya pendudukan atas
tanah-tanah yang dirampok dan orang-orang pnbumi Palestina.
Apapun haluan mereka yang sudah atau yang sekarang ini
terhadap orang-orang Yahudi, yang telah merusak sejarah dari
Timur-Tengah untuk membenarkan permusuhan terbuka terhadap
bangsa-bangsa Arab, membuktikan kepada dunia bahwa mereka
adalah "racists." Propaganda "Ummat Terpilih" (yang
ditujukan kepada orang-orang Yahudi) telah membuat banyak
untuk merobah politik-politik Barat terhadap Timur Tengah
sejak 30 tahun yang lalu. Ini telah mengakibatkan aniaya
terhadap orang-orang Palestina dan kekacauan teologis dalam
beberapa organisasi gerejani seperti "Assemblies of God,"
"Baptist" dan lain-lain Fundamentalists.
Orang-orang Kristen setuju menghormati wewenang Perjanjian
Lama, tetapi mereka berjauhan dalam penafsirannya. Semua
mufakat tentang adanya perjanjian antara Tuhan dan Israel
purba; suatu perjanjian yang membebankan kewajiban-kewajiban
dan juga memberi hak-hak. Ketika kewajiban-kewajiban ini
diabaikan, orang-orang Yahudi dapat siksaan dan dibuang ke
Babilonia. Hal ini sudah dinubuatkan pula oleh para Nabi,
dan terus oleh Yeremiah yang melipurkan umat dengan
kata-kata bahwa walaupun aneka dosa mereka telah membatalkan
perjanjian Lama dan harus menerima hukumannya, Tuhan dalam
kebijaksanaanNya akan mengutus seorang Juru Hukum Baru yang
akan menguatkan Perjanjian Baru (Yer. 31:31). Tidak akan ada
anggota "Yahudi," juga tidak "Yunani," terbuka bagi siapa
saja yang menerima Yesus Kristus. Demikianlah, negara
Palestina bukanlah pengharapan Kristen. Kewarganegaraan kita
ada di dalam Yerusalem Baru. (Lbr 11:10, 16, 12: 22-24; 13:
14; Wahyu 21:2 10; 22-19).8
YEREMIA 31:31 Sesungguhnya, akan datang waktunya,
demikianlah firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian
baru dengan ... dan seterusnya.
IBRANI 11:10, 16 - Sebab ia menanti-nantikan kota yang
mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik,
yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu
disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah
kota bagi mereka.
IBRANI 12:22-24 - Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke
kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada
beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan meriah, dan kepada
jemaah anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga,
dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada
roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan
kepada Yesus, Pengantara Perjanjian Baru, dan kepada darah
pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada Habel.
IBRANI 13:14 - Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat
tinggal yang tetap; kita mencari kota .... dan seterusnya.
WAHYU 21: 2, 10 - Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem
yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias
bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang
besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang
kudus itu, Yerusalem, dan seterusnya.
WAHYU 22:19 - Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari
perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan
mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota
kudus, seperti yang tertulis di dalam ... dan seterusnya.




