
Sejarah Talmud dan Kaitannya Dengan Zionis 2
Setelah penulis sampaikan kepada Anda isi dari Mishnah, kini penulis sajikan kepada Anda bagian utama yang kedua dari Talmud yaitu Gemara. Gemara merupakan syarah, penjelasan, komentar, tafsir atau catatan pinggir dari Mishnah. Gemara lahir dikarenakan begitu banyaknya teks-teks yang masih global yang tidak jelas penafsirannya dalam kitab Mishnah. Ini bukanlah hal yang mengherankan karena Mishnah lahir dari inspirasi rabi yang berbeda-beda yang masing-masing merasa memiliki otoritas sebagai “penyampai Taurat Lisan” ini padahal sejatinya kitab itu lahir dari kepentingan pribadi para rabi. Cukup lama waktu yang dibutuhkan oleh para rabi dalam menyelesaikan pembuatan kitab Gemara ini, yakni sekitar empat abad dari abad ke-2
Masehi hingga akhir abad ke-6. Menurut sejarah Yahudi sendiri, orang pertama yang melakukan syarah terhadap Mishnah adalah dua putra rabi Judah Hanasi, Rabi Gamaliel dan Rabi Simeon. Kemudian ini diteruskan oleh Rabi Ashi di Sura, sebuah kota yang terletak di tepi sungai Eufrat pada tahun 365 M sampai 435 M. Dan disempurnakan oleh Rabi Abino dan terakhir oleh Rabi Jose pada tahun 498 M.
Ada hal yang mendasar dari syarah Mishnah ini atau Gemara yaitu ia ditulis dalam bahasa Aramaika (Aramaic. Bagi Anda yang ingin tahu bagaimana bahasa Aramaika ini dapat Anda ketahui melalui film karya Mel Gibson: The Passion of Christ ) sedangkan Mishnah ditulis dalam bahasa Ibrani. Dan bahasa Ibrani yang digunakan pada Mishnah adalah bahasa Ibrani baru yang tidak sama dengan bahasa Ibrani yang digunakan pada Kitab Perjanjian Lama. Sebab, ketika Mishnah dituliskan, Bani Israel tidak lagi menggunakan bahasa Ibrani sehari-hari melainkan bahasa Aramaika. Bahasa Ibrani pada waktu itu hanyalah mereka gunakan untuk kepentingan menulis hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan saja. Bahasa Ibrani yang mereka gunakan telah bercampur dengan bahasa-bahasa bangsa yang telah menjajah mereka yaitu Yunani, Latin (Romawi) dan Persia.
Dalam sejarahnya, Talmud ada dua versi yaitu Talmud Palestina dan Talmud Babilonia. Talmud Palestina memiliki masa penyusunan yang cukup lama yaitu dari abad ke-2 hingga abad ke-5 M. Rabi yang menyusun Talmud ini bukanlah rabi-rabi Palestina melainkan rabi-rabi kerajaan yang diketuai oleh Jochana. Adapun Talmud Babilonia berawal pada abad ke-4 dan berakhir pada abad ke-6 dengan menggunakan bahasa Aramaika dan Talmud ini bukanlah karya satu tangan rabi melainkan banyak rabi dengan zaman yang berbeda-beda.
Gemara memiliki lampiran-lampiran yang disebut dalam bahasa Ibrani dengan Tosephoth. Rabi Chaia dianggap sebagai tokoh pertama yang memberikan komentarnya pada Gemara, dan komentarnya tersebut dinamakan dengan Baraietoth atau pendapat-pendapat murni yang disusupkan ke dalamnya. Ini berupa tafsiran dan penjelasan yang diberikan ulama terhadap Mishnah di luar sekolah pembelajaran agama Yahudi.
Semua komentar dan pendapat tersebut menjadi lengkap setelah adanya pendapat sampingan dalam bentuk komentar-komentar pendek atau prinsip sederhana yang dinamakan Piske Tosephoth. Talmud yang terdiri dari Mishnah dan Gemara ini menjadi sebuah kitab yang begitu tambun, tetapi belum tersusun rapi karena begitu banyak komentar-komentar sampingan. Adalah Rabi Ishaq ben Ya’qub menerbitkan Talmud kecil yang dinamakan Hilkhoth yang berarti tradisi, sunnah atau adat. Rabi ini banyak menghapus teks-teks yang berisi perdebatan panjang yang menjemukan. Usahanya ini mendapat tentangan dari mayoritas sekte dalam agama Yahudi. Adalah Rabi Maimonides (Moses ben Maimon) pada tahun 1180 (576 H) mengeluarkan karyanya yang mashur yang berjudul Mishnah Torah yang berarti “Pengembalian Undang-Undang”. Kitab ini juga masyhur dengan sebutan Iad Chazakah yang berarti “Tangan yang Kuat”.
Rabi Maimonides, yang mendapat julukan Si Rajawali Candi Yahudi karena begitu besar jasanya dalam menyusun Talmud yang hingga kini ini sebagai bahan rujukan utama, menyertakan bahasan filsafat besar di dalam karyanya tersebut.
Pada tahun 1240 M muncul sebuah kitab Talmud yang sudah disederhanakan di bawah pengawasan Rabi Ya’qub Ben Asher. Rabi ini merubah karya Rabi Maimonides dengan menghapuskan begitu banyak undang-undang. Para rabi berkonsensus untuk menamakan teks gubahan ini dengan nama Arbaa Turim yang berarti “Undang-Undang Talmud yang Empat”.
Setelah berlalu sekian lama, oleh karena adanya kontradiksi yang jelas antara faksi Fashi, Maimonides dan Asher, muncullah kebutuhan yang tinggi untuk mengadakan sebuah kitab Talmud yang mengandung berbagai solusi dan hukun-hukum praktis ringkas. Seorang rabi dari Palestina yang bernama Joseph ben Ephraim Caro segera memulai pekerjaan besar dan menghasilkan sebuah kitab yang bernama Shulhan Arukh (Set Table) yang berisi berbagai komentar terhadap kitab Arbaa Turim.
Akan tetapi tidak semua Yahudi, yang terpecah menjadi Yahudi Timur dan Barat, menerimanya. Yahudi Barat tidak menerima kitab Shulhan Arukh ini. Oleh karena itu, Rabi Musa Isirlisi menyusun sebuah kitab yang berisi komentar-komentarnya terhadap kitab Shulhan Arukh dengan nama Darakhi Musa yang berarti “Jalan Musa”. Dan Kitab ini ternyata diterima oleh kalangan Yahudi Barat.
Selain Taurat dan Talmud ada juga kitab lain yang sama pentingnya bagi Yahudi yaitu Zohar. Menurut para rabi Yahudi, kitab ini merupakan Mishnah ketika Nabi Musa berada di gunung Sinai. Beliau tidak mendiktekannya kepada Joshua (Jusa’ bin Nuh) atau kepada tetua Bani Israel tetapi kepada Nabi Harun secara langsung. Lalu Nabi Harun mendiktekannya kepada Eliyazar sehingga ajaran-ajaran lisan ini dikitabkan dan dinamakan Zohar yang berarti Cahaya. Kitab ini menjelaskan dan komentar terhadap Taurat.
Di samping itu ada lagi empat kitab kecil lainnya yang sebelumnya tidak termuat dalam kitab Talmud, tapi para rabi era terakhir menggabungkannya ke dalam Talmud. Empat kitab tersebut adalah:
a. Masikhith Sufisrim, tentang para penulis.
b. Ibihil Rabiti, tentang hukum pandai besi.
c. KalAllah, tentang pesta (perayaan) dan hukum-hukumnya.
d. Masikhith Dirikh Iritis, yang artinya Petunjuk Hidup, dan kitab ini terbagi lagi menjadi:
1. Rabbah, bagian utama
2. Zuta, bagian tengah.
Seperti yang penulis sampaikan kepada Anda bahwa begitu banyak rabi yang mengarang kitab Talmud dan ini mengakibatkan begitu banyak kitab yang disebut sebagai Talmud dan masing-masing memiliki peran penting bagi Yahudi. Di antara kitab-kitab tersebut adalah:
Biar, berisi tentang pemberitahuan, penjelasan, dan komentar di atas komentar.
Halakhoth, karya Hil Khoth yang berarti hukum-hukum dan usulan-usulan. Kitab ini ditulis oleh beberapa rabi yaitu: Musa ben Maimon (Maimonides), Beshai, Edels, Moses of Kotzen, Kimchi, dan lainnya. Pada sebagian besar masalah, kitab ini mengutip dari kitab Maimonides, Hilkoth Akum yaitu makalah berisi berbagai pendapat tentang bintang, planet, dan derajat bangsa-bangsa. Dan ada juga risalah lainnya bernama Hilkhoth Maakhaloth Asavoroth, yaitu makalah tentang makanan haram.
Iuchasin atau juga disebut Sepher Iu Chasin yaitu makalah tentang keturunan. Membahas tentang sejarah bangsa Yahudi yang suci sejak permulaan dunia sampai tahun 1500 M. Kitab ini diterbitkan di Karaku pada tahun 1580 M.
Jalkut sebuah komentar biasa dari berbagai kitab masa lalu disusun oleh Shimeon of Frankfurt. Kandungan kitab ini tidak ada yang bersifat leterlek tapi hanya bersifat kiasan.
Ked Hakkemach, kitab ini mengandung tentang tempat-tempat dan kondisi alam lahut sesuai dengan susunan abjad. Penyusunnya adalah Rabi Bishai.
Maagen Abraham, penyusunnya adalah Barizula.
Mizbeach Hazzahabh yang berarti “Penyembelihan Emas”. Penyusunnya adalah Rabi Shilimon ben Rabi Mordecai. Kitab ini dicetak di Basel pada tahun 1602 M.
Machzor, tentang berbagai shalat pada hari hari perayaan besar.
Menorath Hammaor yang berarti tatakan cahaya lilin. Kitab yang ditulis berdasarkan Talmud ini memuat komentar-komentar majazi dan sejarah terhadap keseluruhan Talmud. Penyusunnya adalah Rabi Ishaq Ayuhab dan dicetak pada tahun 1544 M.
Maine Haieshuah yang berarti sumber-sumber mata air yang setia. Kitab yang disusun oleh Rabi Ishaq Abribanil dan dicetak pada tahun 1551 M. Kitab ini berisi komentar-komentar menarik tentang kitab Daniel, seorang Nabi bagi Bani Israel. Padanya juga terdapat perdebatan-perdebatan sengit melawan kaum Nashrani.
Mikra Gedolah yang berarti Pertemuan Besar. Sebuah kitab suci berbahasa Ibrani disertai dengan komentar-komentar Rabi Solomon Iarachi dan Rabi Ezra.
Maschima Iesshuah yang berarti kabar gembira untuk selamat dari dosa. Mengandung berbagai keterangan tentang semua nabi. Juga berisi tentang masalah selamat dari dosa pada masa depan. Penyusunnya adalah Rabi Abarbaniel.
Nizzachoni yang berarti kemenangan. Kitab ini mendebat kaum Kristiani dan empat Injil pertama dari kitab Perjanjian Baru yang berbicara tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Isa Al Masih. Penyusunnya adalah Rabi Libman dan dicetak pada tahun 1559 M.
Sepher Ikkari, berisi berbagai akidah dasar atau tentang butir-butir iman. Kitab ini mengandung serangan fanatis sekali terhadap agama Kristen.
En Israel, sebuah kitab terkenal yang terdiri dari dua juz. Juz kedua bernama Beth Jacob (keluarga Ya’qub) dan berisi tentang sebagian besar kisah Talmud yang menyenangkan. Dicetak di Venesia pada tahun 1547 M.
Scaare Ohar yang berarti limpahan embun. Sebuah kitab terkenal yang dianggap sebagai kunci membuka kitab Zohar dan kitab-kitb serupa. Penyusunnya adalah Rabi Shiphitil Horoyits.
Toldoth Ieschu yang berarti keturunan Yesus. Kitab ini merupakan risalah kecil namun penuh dengan makian dan kutukan, berbagai dusta dan perselisihan tentang kisah Isa Al Masih.
Demikianlah begitu banyaknya kitab Talmud beserta versinya. Melihat hal ini maka tidaklah mengherankan jika ini menimbulkan permasalahan besar yaitu timbulnya sekte-sekte antara yang menerima Talmud dan yang menolaknya.
Dalam sejarah Yahudi ada tiga sekte utama yang mulai timbul semenjak Rabi Ezra memulai penulisan Taurat dan juga mengajarkan “Taurat Lisan” atau Talmud. Rabi Ezra yang paling bertanggung jawab akan rusaknya agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Musa as.
Nabi Ibrahim, Nabi Musa as hingga Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah satu akidah dan satu agama yaitu agama Islam karena inti dari agama ini adalah Tiada Tuhan selain Allah. Dan ketika akidah yang telah dibawa oleh Nabi Musa ini dirusak dari dalam oleh Rabi Ezra dengan menyebutkan agama ini menjadi agama Yahudi dengan berpegangan pada Taurat karya modifikasinya dan Talmud dalam bentuk dakwah secara lisan maka agama Islam pecah pertama kali menjadi sekte adalah buah tangan dari para rabi.
Dalam Al Qur’an, Allah menyebut kaum Nabi Musa ini dengan tiga nama yaitu: Bani Israel, Yahudi dan Ahlul Kitab. Masing-masing penyebutan ini dalam Al Qur’an memiliki konteks tersendiri.
Jika Allah menyebut Bani Israel adalah ketika mereka semua masih dalam satu akidah, agama Islam yang belum pecah menjadi firqah atau golongan baru meski panggilan ini selalu diikuti oleh kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka agar mereka bersyukur. Dan penyebutan ini melingkupi semua anak keturunan dari Nabi Ya’qub tidak peduli mereka beriman atau tidak. Hanya saja penyebutan ini mengingatkan kepada mereka akan begitu legendarisnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka agar mereka tetap ingat pada satu jalan: Islam.
Adapun penyebutan Yahudi ini sebagai penyebutan mereka yang telah keluar dari agama Islam yang mereka sendiri tahu betul bahwa misi Nabi Musa hanyalah ini sebagai mana tersebutkan dalam Ten Commandments ayat pertama.
Dan ketika mereka patuh pada rabi yang telah membuat kitab suci yang sejatinya bukan dari Allah dan tidak mengikuti ajaran murni Nabi Musa maka mereka sendiri disebut beryahudi bukan berislam lagi. Hal ini pantas dilabelkan kepada mereka sebab Islam hanya pantas bagi yang memegang teguh ajaran utama: Tiada Tuhan selain Allah. Dan doktrin ini di antaranya adalah tidak menyembah selain kepada Allah semata. Dan sebagian Bani Israel menyembah kepada para rabinya yang telah nyata-nyata membuat-buat kitab suci. Inilah yang sempat ditanyakan oleh para sahabat bagaimana Bani Israel menyembah kepada para rabi mereka. Jawaban Rasul adalah karena mereka tahu kalau rabi tersebut mengarang kitab dan dikatakan kitab dari Allah dan juga mereka tahu kalau para rabi berbuat dosa tetapi mereka diam saja dan bahkan patuh begitu saja. Sebagai bahan pengingat Anda bacalah ayat Al Qur’an di At Taubah ayat 31:
“Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahibnya (Nashrani) sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga) Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Maha Esa; Tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.”
Di ayat ke-34 surat yang sama (dan juga bacalah artikel sebelum ini akan isi Talmud tentang pemberian harta wajib kepada rabi):
“Wahai orang-orang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahib (Nashrani) mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.”
Dan tentang Taurat serta Talmud yang dikarang oleh para rabi, Allah menyatakannya dalam Al Qur’an di surat Al Baqarah ayat ke-78 dan-79:
“Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami kitab (Taurat) kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga.”
“Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri) kemudian berkata;”Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.”
Agama Yahudi adalah “agama” yang pertama kali menyimpang dari Islam dan inilah sebuah kerusakan besar dari buah tangan Bani Israel. Selain membunuh para nabi merupakan kerusakan yang mereka timbulkan karena para nabi mengajak mereka ke jalan Islam bukan agama Yahudi, Bani Israel juga adalah pelopor pembuat sempalan-sempalan dalam agama Islam.
Mereka tidak hanya membuat agama baru yaitu Yahudi tetapi dari agama baru ini pula timbul sekte-sekte baru lagi yang semuanya jauh dari apa yang disampaikan oleh Nabi Musa.
Sekte-sekte yang ada dalam agama Yahudi ada 8, tetapi tidak semua Bani Israel mengikuti agama Yahudi ini yang berlandaskan fatwa sesat rabi yang dimulai dari rabi Ezra.
Dari golongan yang tetap mengikuti ajaran murni Nabi Musa ini disebut Essene atau Al Qurraiyin atau Qumrn. Golongan inilah yang berpegang teguh pada kemurnian Taurat hingga datang Nabi Isa dan mereka menjadi pengikut setia beliau.
Adapun sekte yang terkenal adalah Phareesis (al Farisiyyun) dan Sadduccees (as Shadduqiyyun). Sekte Phareesis adalah sekte yang menerima Talmud sebagai kitab suci di samping Taurat. Untuk menjamin kesucian Talmud ini mereka menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan para rabi. Sedangkan Sadduccees tidak percaya kepada Talmud. Sekte ini mengingkari adanya hari kiamat, penghisaban dan hari akhir, baik surga dan neraka. Sekte ini tidak condong pada gerakan-gerakan revolusi atau garis keras, tetapi lebih condong untuk taat pada hukum yang berlaku selama agama Yahudi itu dihormati. Nabi Isa as memiliki hubungan yang baik dengan mereka, sebab beliau menyerang sekte Pharissee yang mana sekte ini menerima kekuasaan Kaisar Romawi. Namun, sikap sekte Sadducce yang ingkar hari akhir menjadi sebab perpecahan di antara mereka dan akhirnya ada di antara mereka yang menentang keras dakwah Nabi Isa. Bersambung ke 3