Rentetan sejarah Kristen 2
TETRAGRAMMATON
------------------------------------------------------------
Nama Tuhan yang sebetulnya didalam Perjanjian Lama adalah
Yahweh, bukannya Yahowah. Ummat Yahudi menganggap nama
Yahweh terlalu suci untuk diucap, dan oleh karenanya diganti
dengan kata Adonai yang berarti Tuan, dan dengan kata Elohim
yang bermakna Tuhan. Kalau Adonai ditempatkan di muka kata
Elohim, yakni Adonai-Elohim, maka artinya Tuan-Tuhan. Juga
terdapat sebutan Yahweh-Elohim yang artinya Yahweh-Tuhan.
Tidak ada vocal, huruf hidup dalam abjad Ibrani kuna, yang
barulah kemudian diberi tanda-tanda untuk maksud itu,
seperti juga halnya dalam alfabet Arab: fatha, kasra dan
dhumma. Yahweh terdiri (dari kanan ke kiri) atas letter Yod,
Ha, Wau, Ha, dan kalau diberi tanda menjadi Ya-Ho-WaH; orang
Yahudi tidak membaca ini tetapi menggantinya dengan Adonai
atau Elohim.
Terjemahan terkuna dari Bijbel (Wasiat Lama) bahasa Ibrani
adalah Septuaginta bahasa Yunani (Greka), dibuat oleh lebih
kurang 70 ulama Yahudi di Mesir kira-kira pada tahun 280
S.M., yang dipakai oleh orang Yahudi perantau (Diaspora)
yang berbahasa Yunani dan kemudian juga oleh para tabik dari
hawari Yesus. Aslinya dari Septuaginta tersebut sudah tidak
ada lagi. Ditemukan banyak bagian dari salinan-salinan
(codices) dari salinan Septuaginta yang berasal dari antara
abad ke-II SM hingga abad ke-III M., di mana terdapat nama
Tuhan dengan 4 Huruf Ibrani tadi yang dinamakan
"tetragrammaton." Karena ke-empat aksara Ibrani ini mirip
sekali dengan huruf Yunani ¹ I ¹ I maka disebutnya Pi Pi
oleh orang Kristen yang kurang dalam pengetahuannya. Semula
mereka yang menamakan dirinya Kristen terdiri dari kaum
Yahudi-Diaspora dan orang-orang mualaf (bukan Yahudi); kedua
golongan ini berbahasa Koine, yakni Greka sehari-hari
Ketika para pemimpin agama Kristen tidak lagi menyebut nama
Tuhan sebagai mestinya, yakni Yahweh, dan khalayak tidak
lagi mengerti maksud ke 4 huruf itu, maka tetragrammaton ini
diganti dengan kata Yunani "kyrios" yang artinya "Tuan." Dr.
Paul E. Kahle13 menulis: "Adalah orang-orang Kristen yang
menggantikan Tetragrammaton dengan "Kyrios," ketika nama
Tuhan yang tertulis dalam huruf Ibrani tidak dimengerti
orang lagi." Perlu kiranya diketahui bahwa titel atau gelar
"kyrios" diberi oleh Hellenistic mystery cults kepada putera
perkasa dari para dewa, dan dewa juga dipanggil dengan
sebutan "kyrios."
Pada akhir abad ke IV Jerome, penterjemah yang masyhur dari
Bijbel (Wasiat Lama) ke bahasa latin yang dinamakan Vulgata,
walaupun beliau mengetahui tentang tetragrammaton,
menterjemahkan Yahweh (Ya-Ho-Wa-H) dengan kata Dominus yang
artinya "tuan" atau "tuhan."
Segala terjemahan kemudian hingga kini dari bahasa Latin ini
mengganti Yahweh dengan "Adonai" atau "Tuhan." Bukti adalah
saduran Douay dari Roma Katolik dalam Kitab Keluaran 6:3
bahwa Tuhan berkata: "namaku adalah Adonai," bukannya
Yahweh. Dalam terjemahan Indonesia menjadi Tuhan Allah, dan
Yahweh ini tidak ada hubungannya dengan oknum dari Trinitas
ciptaan gereja.
Nama Yesyua atau Iesous (Yesus) juga lambat-laun tidak
diketahui orang lagi. Yang dikenal orang hanya gelarannya
Christos (Al-Masih) yang menjadi namanya, dan "kyrios"
menjadi titelnya, sehingga orang menyebutnya Kyrios
Christos, Lord Christ, Tuhan Kristus.
Dalam segala kitab Injil dari Perjanjian Baru yang dimaksud
dengan Sang Bapa dan Bapaku adalah Yahweh. Tidak
dipersamakan Sang Putera dengan Sang Bapa seperti sebaliknya
diajar oleh hampir segala gereja sehingga mendiamkan nama
Allah s.w.t.
Paulus yang dipengaruhi oleh cult-myth dari aneka agama
mystery hellenistic yang kafir dan gnosticisme, dan yang
memasukkan istilah Bapa dan Putera dalam theologinya, tidak
mengatakan bahwa Kristus adalah Tuhan, malah ia berkata
tentang Tuhan Bapa (kita) dan Tuhan Yesus Kristus (Sang
Putera).
Yohanes 5:19 - Anak itu tiada boleh membuat barang sesuatu
menurut kehendaknya sendiri, melainkan Ia melihat Bapa itu
berbuat.
Yohanes 14:28 - Bapaku itu lebih mulia dari pada Aku.
Istilah Bapa dan Putera inilah yang menjadi sebab musababnya
pertikaian antara gereja dari awal zaman hingga kini, dan
dilarangnya dalam Islam.
NATAL
------------------------------------------------------------
Pada zaman purba pendewaan matahari lazimnya terdapat di
negara-negara yang kebudayaannya sudah agak tinggi. Matahari
sebagai sumber cahaya dan sumber hidup. Dewa matahari
Amaterasu di Jepang, dewa matahari di Tiongkok,
Quetzalcoatle di Mexico dan di Peru.
Dewa Apollo atau Dionysus di antara orang Yunani (Griek),
Hercules di antara orang Romawi, Mithra di antara orang Iran
(Persia), Adonis dan Atis di Syria dan Phrygia (Anadol),
Osiris, Isis dan Horus di Mesir, Baal Samus dan Astarte di
antara orang Babil (Babylonia) dan Karthago, dan seterusnya.
Semua dewa matahari ini dilahirkan sekitar tanggal 25
Desember dari seorang dara di sebuah gua, dan dinamakan
Pembawa-Terang, Perantara, Juru-Selamat, Pembebas, dan
sebagainya.
Mithraism, sebagai diakui oleh St. Jerome, lambat-laun
terdesak di Roma dan Alexandna (Iskandaria) oleh
Christianity. Tertullian membenarkan kenyataan bahwa
Mithraism lenyap sesudah Gereja mengambil alih warna-warni
dari Mithraism.
Selanjutnya Tertullian berkata bahwa ulama di zamannya
menganggap sama Mithraism dengan Christianity kecuali dalam
soal nama.
Padri Farrar dalam karangannya "Life of Christ" berkata
bahwa tidak ada hujah yang memuaskan untuk menetapkan
kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Bijbel diam dalam
hal ini, walau mengkisahkan di Lukas 2:8 "Maka dijajahan itu
pun ada beberapa orang gembala, yang tinggal di padang
menjaga kawan binatangnya pada waktu malam." Hal ini
memustahilkan menerima 25 Desember sebagai tanggal
kelahirannya Yesus (Natal), karena bulan Desember adalah
puncaknya musim hujan di Palestina, ketika mana tidak
terdapat kawan binatang atau gembala di waktu malam pada
padang Bethlehem.
Semula Natal dirayakan pada tanggal 6 January (Epiphany),
tetapi pada tahun 353 - 354 Paus Liberius merubahnya jadi 25
Desember. Tidak ada tanda-tanda perayaan Natal sama sekali
hingga abad ke IV. Baru pada tahun 534 oleh mahkamah Hari
Natal dan Epiphany dihitung "Dies Non."
Gereja Griek hingga kini merayakan Natal pada tanggal 7
Januari. Baru pada kira-kira tahun 533 seorang rahib Scythia
bernama Dionysius Exiguus, ketua biara dan ahli nujum di
Roma, ditugaskan untuk menetapkan tanggal dan tahun
kelahiran Yesus. Beliau tidak memberi alasan-alasan yang
menguasakan ia untuk menetapkan 25 Desember sebagai hari
Natal, tetapi tanggal yang pasti itu adalah tanggal yang
diduganya dari kelahiran kebanyakan dewa-dewa matahari. Dewa
matahari Mithra dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Osiris,
dewa matahari orang Mesir, dilahirkan pada tanggal 27
Desember. Dewa matahari Horus dan Apollo pada tanggal 28
Desember.
Adapun tahun yang ditetapkan oleh rahib Dionysius Exiguus
tersebut, pada abad ke IX ternyata bahwa rahib itu keliru
beberapa tahun, dan diakui bahwa Herodes wafat tahun 4 S.M.
Menurut Injil karangan Matius 2:16 raja Herodes, untuk
melenyapkan kemungkinan Yesus menjadi "raja sekalian
Yahudi," menitahkan agar dibunuh sekalian anak-anak berumur
2 tahun dan di bawah. Jadi tahun kelahiran Yesus harus
dimundurkan sekurang-kurangnya sampai 4 S.M. Kini, para
sarjana, memilih tahun 5 atau 6 S.M. sebagai tarikh yang
lebih cocok dengan kisah dari Injil-injil yang saling
bertentangan. Beberapa ahli sejarah mengundurkan sampai
tahun 8 dan 10 S.M.14
Meskipun demikian, tiap Muslim, percaya akan Nabi Isa a.s.
dan Injilnya, boleh turut merayakan Maulid Isa al-Masih, dan
wajib mengundang setiap orang bukan-Muslim untuk turut
merayakan maulid Nabi Muhammad s.a.w. sebagai tabligh agar
mereka mengenal Islam.
Natal yang artinya maulid, kelahiran, seperti dalam istilah
Dies Natalis (Hari Kelahiran), adalah satu dari kata-kata,
misalnya: sekolah, gereja, keju, mentega, dan sebagainya
yang bahasa kita warisi dari bangsa Portugis yang beragama
Katolik Roma dan yang mulai datang ke negeri kita pada akhir
abad XV
Jelaslah bahwa Natal adalah Hari Kelahiran Yesus Kristus
yang diperingati dan dirayakan di gereja-gereja dan
rumah-rumah. Diperingati oleh orang Kristen yang salih
dengan pujaan-pujaan dan doa-doa, dengan saling memberi
hadiah, dan sebagainya. Dirayakan di tempat-tempat dansa dan
bar-bar dengan meminum minuman-minuman keras oleh awam yang
acuh tak acuh terhadap agamanya.
Sebagaimana perayaan kegerejaan lain, juga Natal
menggantikan perayaan orang kafir (jahil). Hari lahir yang
sebetulnya dari Yesus yang nama asalnya Yesyua, dan Arabnya
Isa, tidak ada yang mengetahui. Pada zaman itu bukan
kebiasaan orang awam mencatat hari lahir atau hari wafatnya
seseorang. Keluarga Yesus adalah orang-orang sederhana, dan
murid-muridnya adalah nelayan, dan tidak biasanya dapat
membaca atau menulis.
Bani Israil, yakni orang Yahudi, menggunakan penanggalan
qamariyah (maanjaar, lunar year), bukannya tahun syamsiyah
(zonnejaar, solar year).
Semula kedatangan Yesus di muka bumi (Epiphany) dirayakan
pada tanggal 6 Januari. Di beberapa negara, diantaranya di
Armenia, kelahiran Yesus masih saja dirayakan pada tanggal
itu.
Digesernya ke tanggal 25 Desember adalah karena pengaruh
dari penanggalan Romawi, yang menyebut tanggal itu "dies
invicti solis" yang artinya "hari dari tuhan (dewa) matahari
(Mithras) yang telah dikalahkan." Yesus di-umpamakan sebagai
"matahari kebenaran" dan "cahaya dunia." Tanggal 25 Desember
adalah hari kelahiran Mithras, yang asalnya dewa matahari
Iran yang kemudian dipuja di Roma. Hari minggu disebutnya
juga Zondag, Sunday, Sonntag, hari matahari, hari gereja,
pengganti hari Sabtu.
Juga ada yang berpendapat bahwa Natal itu adalah pengganti
dari hari raya Romawi "Saturnalia" (dari 17 sampai 20
Desember), atau pengganti dari perayaan Jerman kuna "Joel"
(biasanya 12 hari lamanya, dan pada masa itu harus damai
benar-benar tak boleh diganggu), dan pendapat ini karena
banyaknya upacara-upacara yang bersamaan: roti Joel jadi
roti Natal (kerstbrood).
Hari Natal pada tanggal 25 Desember untuk pertama kalinya
dirayakan di tahun 354 di Roma dan di tahun 375 di
Konstantinopel dan di tahun 387 di Antakia (Antiochie). Bak
makanan sapi, palungan (crib, kribbe) dengan anak Yesus yang
ditempatkan di gereja waktu perayaan Natal mulai pada abad
VIII, dan penempatan kribbe di rumah-rumah, sesudah St.
Franciscus dari Assisia merayakan malam Natal di hutan
Grecio pada abad XIII
Upacara-upacara yang terbanyak berasal dari adat pada zaman
jahiliyah seperti pemberian hadiah, "hulst" semacam semak
atau pohon yang selama-lamanya hijau (ilex aquifolium),
ranting dari pohon mare (viscum album) buat mengusir setan
atau arwah jahat dari istal, dan pohon Natal (Kerstboom),
ialah pohon yang diperelok dengan hiasan dan lilin atau
lampu-lampu.
Suasana, pada saat Yesus dilahirkan, yang dilukiskan di
Injil karangan Lukas 2, tidak cocok dengan keadaan yang
sebenarnya, karena di Palestina dalam musim itu tidak
layaknya ada orang gembala di padang pada waktu malam. Juga
sensus yang dititah Kaisar Agustus tak dapat dipertanggung
jawabkan dari sudut sejarah.
Ringkasnya, perayaan Natal adalah suatu syncretism,
percampuran, dimana unsur-unsur fiction (rekaan) dan kafir
ada lebih banyak dari unsur-unsur sejarah.