Post

Penyesatan Ajaran Orientalis Terhadap Generasi Mudah

Catatan Sejarah
Sejak masa Nabi Muhammad saw. sampai sekarang. orientalis tak henti-hentinya untuk menyerang risalah Ilahi. Mereka mempertanyakan dan mengaburkan sejarah awal kodifikasi Al-Qur'an. upaya penyelewengan orientalis dari Leo III, Johannes dari Damaskus, Abdul Masih al-Kindi ,Petrus Venerabilis , Ricoldo da Monte Croce, Martin Luther hingga orientalis saat ini.
Untuk mendapatkan simpati atas usahanya dalam mem-prakarsai Islamic Studies, Petrus Venerabilis mengirim surat kepada Bernard dari Clairvaux (±1090-1153). Di dalam Epistola Petri Cluniacensis ad Bernardum Caraevallis (Surat Petrus Cluny kepada Bernard dari Clairvaux), Petrus menyatakan
sekiranya apa yang dilakukannya dianggap tidak berguna, karena pemikiran bukanlah senjata untuk menga¬lahkan musuh (Islam), tetap saja kerja ilmiah seperti itu akan ada manfaatnya. Jika orang-orang Islam yang sesat tidak dapat diubah, maka sarjana Kristen akan bisa menasehati orang¬ orang Kristen yang lemah imannya.
Perjalanan sejarah membuktikan Petrus Venerabilis benar. Sekalipun pada zamannya, usahanya tidak mendapat banyak sambutan. Namun misi dan visinya justru menjadi kenyataan setelah ratusan tahun kematiannya. Sekarang, studi Islam di Barat telah menjadi "rujukan." Banyak sekali calon¬ calon intelektual Muslim mempelajari Islam melalui orang¬orang Kristen, Yahudi atau bahkan Ateis. Dengan banyaknya pemikir Muslim pada abad 20 ini yang terpengaruh Kristen, maka "penaklukan pemikiran" yang dicita-citakan oleh Petrus Venerabilis telah menjadi sebuah kenyataan. Hadirnya beberapa orientalis di indonesia merupakan kesuksesan penyesatan Petrus Venerabilis salah satunya yang sangat menonjol
Orientalis Indonesia
Nurcholish Madjid. Dengan tanpa menggunakan terminologi Islam, Nurcholish berargumentasi bahwa inti modernisasi adalah ilmu pengetahuan, dan rasionalisasi adalah keharusan mutlak sebagai perintah Tuhan, maka. Maka dari itu modernitas
  membawa kepada pendekatan (taqarrub) kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Istilah-istilah yang digunakan dalam pembaruan Islam adalah murni Barat, sehingga pengaruh pemikiran Barat didalamnya sudah bisa diduga. Pengaruh paham modernisme dalam pemikiran Nurcholish lebih jelas lagi ketika ia mengambil unsur utama modernisasi, yaitu sekularisasi untuk memahami agama.
Sekularisasi menurutnya adalah "menduniawikan masalah-masalah yang mestinya bersifat duniawi, dan melepaskan ummat Islam untuk mengukhrawikannya" kemudian diperkuat dengan idenya tentang "liberalisasi pandangan terhadap ajaran-ajaran Islam" dengan memandang negatif tradisi dan kaum tradisionalis. Gagasan ini mengadopsi pemikiran Harvey Cox dan Robert N. Bellah, pencetus gagasan sekularisasi dalam Kristen, dan tidak ada modifikasi yang berarti. Ia hanya mencarikan justifikasinya dalam ajaran Islam.
Nurcholish juga membatasi makna sekularisasi agar tidak berarti sekularisme. Pembatasan diberikan dengan adanya kepercayaan akan adanya Hari Kemudian dan prinsip Ketuhanan.
Pembatasan ini tetap saja bersifat memisahkan secara dichotomis. Orang-orang sekuler di dalam Kristen adalah orang-orang yang percaya pada Hari Akhir dan pada Tuhan, hanya saja mereka, karena sejarah mereka, tidak ingin agama mencampuri kehidupan dunia mereka, agama adalah properti pribadi dan bukan publik. Dalam Islam agama adalah urusan dunia dan akherat, urusan pribadi dan urusan publik sekaligus. Jadi secara epistemologis akhirnya sekularisasi ini juga akan menjadi sekularisasionisme (secularizationism).
Gagasan yag lebih vulgar dan bahkan secara eksplisit merupakan kepanjangan dari Westernisasi adalah trend pemikiran yang kini dikenal dengan liberalisasi. Jika gagasan Nurcholish dan Harun Nasution cenderung mengadapsi paham-paham dalam modernisme, liberalisasi lebih condong menerapkan paham-paham yang dibawa oleh postmodernisme. Relativisme, pluralisme, equality (persamaan), dekonstruksi dan lain sebagainya adalah terma-terma pemikiran postmodern. Karena bermuatan Westernisasi maka trend pemikiran ini menjadi sebuah gerakan sosial. Meski ia di perkotaan dan perguruan tinggi, namun secara perlahan-lahan berpengaruh dalam pembentukan opini dan jika dibiarkan maka akan berkembang menjadi framework pemikiran. Lebih-lebih trend pemikiran ini juga diminati oleh para dosen yang pernah belajar dengan para orientalis di Barat.
Hadirnya Hamid F. Zarkasyi yang juga Pemimpin Redaksi Majalah ISLAMIA dan direktur Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), lulus program Ph.D. pada 6 Ramadhan 1427 H/29 September 2006, setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul ‘Al-Ghazali’s Concept of Causality’, meruntuhkan dogma dogma libralis Nurcholish Madjid.
TSAQAFAH. Jurnal ini diterbitkan oleh Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Darussalam Gontor Indonesia. Pada edisi Vol.2, Nomor 2, 2006/1427, diangkat berbagai artikel menarik tentang keislaman. Salah satu yang perlu kita jadikan catatan adalah sebuah artikel berjudul “Framework Kajian Filsafat Islam” tulisan Hamid Fahmy Zarkasyi, Pembantu Rektor III ISID.
Melalui riset yang cukup mendalam terhadap sejumlah kurikulum kajian filsafat Islam di Perguruan Tinggi Islam di Indonesia –baik yang negeri maupun swasta– Hamid Fahmy membuktikan bahwa kajian filsafat Islam di Indonesia tampak jelas terpengaruh oleh kajian para orientalis. Pengaruh itu tidak hanya pada cara atau metodologi pengkajian, tetapi lebih mendasar lagi, sampai pada framework (kerangka) dan cara pandangnya terhadap filsafat Islam.
Disertasi Kaum libralis merupakan agenda yang tak terlupakan dimana hampir semua kampus islam Indonesia IAIN,UNMH,UIN dll pernah menjadi sasaran pemurtadan massal dengan memberikan dogma dogma keraguan kepada mahasiwa-siwi tentang berbagai konsep keislaman(intimidasi filsafat setan) “Nauzubillah min Zalik”
LIHAT AGENDA VIDEONYA "KLIK Disini atau Klik GAMBAR

LIHAT AGENDA Artikel Tentang Pemurtadan KLIK Disini atau Klik GAMBAR


Cara pandang ini tentu bukan tanpa maksud. Secara sistematis, mereka akan menunjukkan bahwa filsafatIslam hanyalah kertas copi dari Yunani; tanpa Yunani, Islam tidak memiliki pemikiran rasional. Padahal, sekalipun konsepsi falsafah juga dikenal dalam pemikiran Islam, namun tetap disertai kritik dan seleksi yang ketat. Itulah yang dilakukan oleh Al-Ghazali dan Ibn Taymiyah.
Menurut Hamid Fahmy, berbeda dengan tradisi filsafat Yunani yang berdasarkan akal, tradisi filsafat Islam bersumberkan pada wahyu. Dengan demikian, filsafat Islam adalah filsafat yang lahir dari pemahaman, penjelasan, dan pengembangan konsep-konsep penting dalam al-Quran dan Sunnah.
Sejumlah ilmuwan seperti Ibn Sina, al-Kindi, dan al-Farabi, menerima filsafat Yunani dan berusaha memodifikasikannya agar sesuai dengan prinsip-prinsip penting dalam ajaran Islam. Al-Ghazali dan Fakhruddin al-Razi menerimanya sejauh masih sejalan dengan ajaran Islam dan menolak konsep-konsep yang bertentangan dengan Islam.
Ibn Taymiyah termasuk diantara penolak keras “filsafat”, tetapi ternyata juga menerima jenis filsafat tertentu, yang disebutnya al-falsafah al-shahihah (filsafat yang benar) dan al-falsafah al-haqiqiyah (filsafat yang sebenarnya).
Jadi, sejak awal, umat Islam sudah memiliki tradisi berpikir sendiri yang berdasarkan wahyu, yang berbeda dengan tradisi berpikir Yunani. Sumber aspirasi yang asli dan riil dari para pemikir Muslim adalah Al-Quran dan Sunnah Rasul. Bahwa ada sebagian unsur asing yang kemudian diserap dalam khazanah pemikiran Islam, tetap diupayakan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Dalam masalah Tuhan, manusia, dan alam semesta, para pemikir Muslim memiliki konsep mereka sendiri yang justru tidak terdapat dalam tradisi filsafat Yunani.
berhati-hatilah Membaca ”Ensiklopedi Islam untuk Pelajar jika sekirahnya bertentangan dengan al-Qur’an dan Al-hadis itu tidak jauh penyesatan turun temurun yg di lakukan oleh Oknum Orientalis dengan filsafat filsafat Paganisme( Ajaran bangsa yg telah di laknat serta dimusnakan allah swt )
"Dan Kami turunkan (Al-Qur'an) itu dengan sebenar-benarnya dan Al-Qur'an itu telah turun dengan (membawa) kebenararn."( Qs Al-Isra': 105).
“Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorang pun baik Yahudi maupun Nashrani yang mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa kecuali ia akan menjadi penghuni neraka.” (HR Muslim)
Referensi:
•Petrus Venerabilis menulis: "If my work seems pointless because the en¬emy remains invulnerable to such weapons. I answer that in the land of a great king some things are done tor protection, others for adonunent, others again for both. Solomon the Peaceful forged weapons tor protection which were not needed in his day. David prepared ornaments for the Temple, although they could not be used in his day... This work, as I see it, cannot be called unless. If the erring Muslims cannot be converted by it, scholars who are zealous in the cause of justice must nevertheless not tail to forewarn those weak members ofthe Church who are easily scandalized and utwittingly moved by insignificant causes. "Dikutip dari Maxime Rodinson, "The Western Image and Western Studies of Islam," dalam The Legacy of Islam, editor Joseph Schacht dengan C. E. Bosworth (Oxford: Oxford Univer¬sity Press, edisi kedua, 1974), 16-17.
• Leo menyatakan: " As for your (book), you have already given us examples of such falsifications, and one knows, among others, of a certain Hajjaj, named by you as Governor of Persia, who had men gather up your ancient books, which he replaced by others composed by himself, according to his taste, and which he propa-gated everywhere in your nation, because it was easier by far to undertake such a task among a people speaking a single language. From this destruction, neverthe¬less, there escaped a few of the works of Abu Turab, for Hajjaj could not make them disappear completely.
•Pendapat John mengenai Islam telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John W. Voorhis, "John of Damascus on the Moslem heresy," MW 24 (1934), 391-9R. Masih ada karya Johannes yang lain mengenai Islam, yaitu הדיאלקטיקה בין מוסלמי ונוצרי (dibaca: lonaou tou Damaskhenou, Dialeksiis Sarakhenou khai Khristianou yang artinya Johannes dari Damaskus, Dialektika antara Seorang Muslim dan Seorang Kristen). Tetapi karena naskah tersebut tidak terkait dengan AI-Qur'an, maka tidak dibahas disini. Naskah tersebut sudah diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh John W. Voorhis, "The Discussion of a Christian and a Saracen," MW 25 (1935), 266-73.
• Anton Tien, Apology. 458. Untuk menjustifikasi pendapatnya, al-Kindi menguup ucapan Muhammad sebagaimana yang terekam di dalam Surah al-Ma'idah (5: 82) yang menyebutkan: "Sesungguhnya kamu dapati orang,-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." -Anton Tien, Apology, 454-55.
• AI-Kindi menyatakan: "What ignorance could be more dense than his who appeals to such a book as evidence and proof that its author was a prophet sent by God! Is there anything here parallel to the cleaving of the sea by Moses; the raising of the dead and the cleansing of the Iepers by Christ our Lord? This can approve it self only to the incurably ignorant who have never learned to collate and com¬pare. I do not think that anyone of penetration or discrimination could venture to think it, much less detend it. Scarcely could he dream of it unless he were beside himselt; out of his senses or weak in intellect. Or will you, in God's name I ask it, make an attempt to detend such a book by torce ofreasvn, by subtletly of thought and weight of learning, knowing what you do of its origin and how the authority of its text has been broken down betore the inyuiry we have instituted? I am accus-tomed to such studies, versed in textual criticism, and such fictitious narratives and 'cooked up "stories will not pass with me." Lihat Anton Tien, Apology, 460.
• Petrus Venerabilis menyatakan: "The highest purpose of this heresy is to have Christ the Lord believed to be neither God nor the Son of God, but (through a great man and one beloved of God) simply a man-a wise man and the greatest prophet. Indeed, that which was once conceived by the device of the devil, first propagated through Arius, then advanced by that satan, namely Mohammad, will be tirlfilled completely, according to the diabolical plan, through the Antichrist. For since the Blessed Hilary said that the origin of the Antichrist arose in Arius, then what Arius began by denying that Christ was the one true Son of God and calling him a creature, the Antichrist will tinally bring to its completion by assert¬ing that he was not only not God or the son ofGod, but not even a good man. This mock wicked Mohammed seems to have been appropriately provided and prepared by the devil as the mean between these two, so that he became both a supplement, to a certain extent, to Arius, and the greatest sustenance for the Antichrist, who will allege even worst things before the minds of unbelievers. " Dikutip dari Patrick O'Hair Cate, Each Other's Scriptrtre: The Muslims' Views of the Bible and the Christians' Views ofthe Qur'an (Michigan, Ph. D., Thesis at The Hartford Semi¬nary Foundation, 1974), 18, selanjutnya diringkas Each Other's Scripture.
• Ricoldo menyatakan: "The author is not human but the Devil who, by his own malice and by permission of God on account of human sin, has prevailed to initiate the work of Anti-christ. The devil, when he saw the Christian faith greatly increasing in the Orient and idolatry diminishing, and Chosroes the detender of idolatry over come by Heraclius, who demolished the high tower which Chosroes had built of gold, silver and precious stones for the worship of idols, and when he saw the cross of Christ raised up by that same Heraclius, and that it was or the Law of Moses and the Gospel of Christ, which has spread throughout the whole world, to be negated, the Devil devised a form of law (religion) which was halfway be¬tween the Old and New Testaments, in order to deceive the world. For this purpose he chose Muhammad." Dikutip dari Patrick O'Hair Cate, Each Other's Scripture, 187.
• Marin Luther menyatakan: "Mohammad denies (negat) that Christ is the Son of God. He denies that faith in Him remit sin and has died for our sins. He denies that he rose for our life. He denies that faith in Him remits sin and justifies us. He denies His coming judge¬ment of the living and the dead. Perhaps there is a resurrection of the dead, but he believes in a judgment by God. He denies the Holy Spirit and His gifts. "Dikutip dari Luther and Muhammedanism, MW 31 (1941), 171.
•Nurcholish Majid: mendefinisikan sekularisasi sebagai “menduniawikan masalah-masalah yang semestinya bersifat duniawi dan melepaskan umat Islam daru sikap mengukhrawikannya”. Definisi dan penjelasan Nurcholish itu dianalisis oleh Faisal dan dibandingkan dengan pengertian sekularisasi yang diberikan sejumlah cendekiawan, seperti Peter Beger, Harvey Cox, Fazlur Rahman, HM Rasjidi, Mukti Ali, dan sebagainya. Kesimpulannya, tulis Faisal: Definisi Nurcholish Madjid tentang sekularisasi sangat tidak memadai, sangat lemah, bahkan tidak memiliki dasar rujukan ilmiah. (bacaTSAQAFAH oleh:Hamid F. Zarkasyi)

Translate

© Copyright 2013 ujan tampear powered by Blogger |