
Din Dan Kehidupan
Defenisi agama atau ad-Din.Kata agama memang sering dipadankan pengertiannya terhadap Dien, padahal istilah Dien jauh lebih kompleks daripada pengertian a-gama yang berarti sesuatu yang tidak kacau. Ada banyak keharmonisan dialam semesta ini, bahkan banyak pula ajaran-ajaran hasil olah manusia yang tidak mengandung kekacauan didalamnya, tetapi lucunya itu tidak disebut sebagai agama meskipun secara maknawiah sama.
Dien merupakan jalan hidup yang berisikan petunjuk, bimbingan dan tuntunan bagi manusia didalam berproses didunia ini selaku Khalifah Tuhan. Karena itu Dien tidak bisa dilepaskan dari satu titikpun celah kehidupan manusia, baik dalam keadaan beribadah vertikal maupun melakukan tugas fungsionaritasnya sehari-hari termasuk dalam bernegara.
Dien merupakan jalan hidup yang berisikan petunjuk, bimbingan dan tuntunan bagi manusia didalam berproses didunia ini selaku Khalifah Tuhan. Karena itu Dien tidak bisa dilepaskan dari satu titikpun celah kehidupan manusia, baik dalam keadaan beribadah vertikal maupun melakukan tugas fungsionaritasnya sehari-hari termasuk dalam bernegara.
Seorang pekerja kantoran dia tidak bisa melepaskan Dien saat dia sibuk dengan semua urusan kantornya, seorang artis pun tidak bisa menanggalkan Diennya saat sedang berada dipanggung menghibur masyarakat dan sebagainya dan seterusnya, apapun status sosial kita, pekerjaan kita, pemikiran kita semuanya tidak terlepas dari Dien yang sudah diturunkan oleh Allah.
Itulah kenapa didalam Islam tidak ada pemisahan antara "agama" dengan kehidupan, jika ada ulama atau kyai sampai mengatakan adanya pemisahan antara agama dan kehidupan termasuk bernegara, maka orang itu belum pantas untuk disebut seorang ulama Islam, belum pantas dia dipanggil seorang kyai, karena pengetahuan dan wawasan ke-Islamannya masih teramat sangat dangkal sekali, mungkin juga dia sudah terpengaruh budaya barat yang memisahkan gereja dari kehidupan namun tetap saja ucapannya tidak bisa dibenarkan baik secara logika ataupun dari sudut pandang "agama" itu sendiri.
Saat Dien atau okelah kita sebut saja dengan agama itu mulai dipisah dari kehidupan sosial, maka saat itu juga manusia akan lepas kendali, dia akan berbuat semau-maunya, dia akan korupsi, dia akan menari telanjang, dia akan membunuh, mabuk-mabukan, melakukan seks bebas, menerbitkan majalah Playboy, melegalisasi pornografi plus porno aksi atas nama seni, meledakkan bom dan berbagai tindak kejahatan lainnya, karena dia tidak ada urusan dengan yang namanya agama, baju agama baru dipakai saat ada acara kawinan, sunatan, tahlilan, maulud Nabi, jumatan, lebaran dan seterusnya.
Intinya agama itu bisa diterapkan dalam semua bentuk kehidupan dan semua status sosial serta kenegaraan, sebab agama tidak melulu mengatur bagaimana cara sholat atau bagaimana cara berdzikir, tetapi juga mengatur bagaimana cara bernegara, mengatur masyarakat dan tatanan nilai yang ada didalamnya. Akhirnya, Dien atau agama adalah bersifat menyeluruh, bersifat totalitas, mencakup semua aspek kehidupan, terimalah dia dengan kaffah, wajarlah dalam bersikap, jangan memecah belahnya, itulah esensi Dien yang sangat mendasar setelah Tauhid.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.( Qs. 2: 208)
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada-Nya orang yang mau kembali (kepada-Nya) (QS. 42:13)
Dalam kasus pemisahan negara dengan agama yang menurut anda lantas hal ini bisa juga diterapkan didalam Islam padahal Machiavelli (1469-1527) saat ia mengeluarkan teori tersebut disebabkan latar belakang kekacauan yang berkecamuk antara gereja dengan negaranya.
Dibarat , jangankan dengan negara ... agamapun bahkan harus dipisahkan dengan ilmu teknologi modern, sebab memang agama dianggap berkonfrontasi terhadapnya. Setiap keterangan ilmu yang tidak sepaham dengan gereja segera dibatalkan oleh Kepala Gereja. Itulah yang terjadi pada Astronom Nicholaus Copernicus (1507) yang menghidupkan kembali ajaran orang-orang Yunani dijaman purba yang mengatakan bahwa bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi sebagaimana ajaran gereja dan tercantum pada Yosua 10:12-13, melainkan bumi yang berputar dan mengedari matahari.
Galileo Gelilei yang membela teori tersebut pada tahun 1633 diancam hukuman bakar seandainya dia tidak mencabut kembali teori tersebut oleh Inkuisisi, yaitu organisasi yang dibentuk oleh gereja Katolik Roma yang menyelidiki ilmu klenik sehingga sikap gereja yang kaku itu telah menimbulkan tuduhan bahwa agama menjadi penghalang bagi kemerdekaan berpikir dan kemajuan ilmu.
Dari keadaan demikian terjadilah berbagai pemberontakan dari dalam. Pada tahun 1517 terjadi reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther sehingga menimbulkan kelompok Protestan.
Pada tahun 1992, yaitu setelah 359 tahun kecaman kepada Galileo dilontarkan oleh pihak gereja, akhirnya gereja Katolik Roma secara resmi mengakui telah melakukan kesalahan terhadap Galileo Gelilei dan Paus Yohanes Paulus II sendiri telah merehabilitasinya.
Rehabilitasi diberikan setelah Paus Paulus menerima hasil studi komisi Akademis Ilmu Pengetahuan Kepausan yang dia bentuk 13 tahun sebelumnya dengan tugas menyelidiki kasus itu. Komisi ini memberitahukan, anggota Inkuisisi yang mengecam Galileo telah berbuat kesalahan. Mereka menetapkan keputusan secara subjektif dan membebankan banyak perasaan sakit pada ilmuwan yang kini dipandang sebagai bapak Fisika Eksperimental itu.
Semuanya ini jika kita mau jujur adalah karena memang kitab yang diyakini suci oleh pihak gereja dan barat itu bukanlah murni wahyu Tuhan lagi, namun bercampur dengan mitos serta intervensi tangan-tangan manusia jahil lainnya sehingga agama dalam kasus mereka memang hanya menimbulkan kekisruhan saja jika disatukan dengan sistem bernegara dan sains modern.
Sejak jaman dahulu ajaran-ajaran pokok agama telah bercampur-aduk dengan keterangan-keterangan tentang mekanisme alam, baik yang bercorak ilmiah rancu [pseudoscientific], mitos maupun yang bersifat legendaris. Intuisi dasar manusia menyatakan bahwa semua kebenaran itu satu dan saling berkaitan satu sama lain karena itu orang mencampur-adukkan semua hal secara sembrono; fakta dicampur-aduk dan dikacaukan begitu saja dengan nilai.
Orang yang meyakini kebenaran suatu agama juga disuruh percaya begitu saja kepada segala macam mitos penciptaan sehingga kebenaran agama tertutup. Sikap menentang para ilmuwan terhadap agama terutama disebabkan oleh adanya perbedaan antara ilmu pengetahuan yang telah teruji mengenai alam dengan mitos-mitos alegorik yang dipaksakan untuk diyakini sebagai [bukti-bukti] kebenaran tertulis mengenai fakta-fakta kosmologis dan historis yang ada.
Fakta bahwa Islam sendiri tidak pernah menuai konfrontasi dengan Sains maupun sistem kenegaraan ... Madinah dijaman pemerintahan Nabi, Abu Bakar dan Umar mungkin bisa kita jadikan parameter sukses pemberlakuan sistem kenegaraan secara Islam.
Jaman keemasan Islam yang berlangsung selama periode Abbasiyah di Baghdad (750-1258) dan Umaiyah di Spanyol (755-1492), tinggal kenangan belaka.
"Pada jaman orang-orang Eropa masih menyelam dalam kebiadaban yang teramat gelap, Baghdad dan Cordova, dua kota raksasa Islam telah menjadi pusat peradaban yang menerangi seluruh dunia dengan cahaya gilang gemilangnya." demikian kata Dr. Gustave Le Bone.
Dalam permulaan abad pertengahan tak satu bangsapun yang lebih besar sumbangannya untuk proses kemajuan manusia selain dari bangsa Arab. Mahasiswa-mahasiswa Arab sudah asyik mempelajari Aristoteles tatkala Karel Agung bersama pembesar-pembesarnya masih asyik belajar menulis namanya. Disekitar abad X, Cordova adalah kota kebudayaan yang ternama di Eropa dengan Konstantinopel dan Baghdad merupakan kota-kota pusat kebudayaan didunia.
Itulah kenapa didalam Islam tidak ada pemisahan antara "agama" dengan kehidupan, jika ada ulama atau kyai sampai mengatakan adanya pemisahan antara agama dan kehidupan termasuk bernegara, maka orang itu belum pantas untuk disebut seorang ulama Islam, belum pantas dia dipanggil seorang kyai, karena pengetahuan dan wawasan ke-Islamannya masih teramat sangat dangkal sekali, mungkin juga dia sudah terpengaruh budaya barat yang memisahkan gereja dari kehidupan namun tetap saja ucapannya tidak bisa dibenarkan baik secara logika ataupun dari sudut pandang "agama" itu sendiri.
Saat Dien atau okelah kita sebut saja dengan agama itu mulai dipisah dari kehidupan sosial, maka saat itu juga manusia akan lepas kendali, dia akan berbuat semau-maunya, dia akan korupsi, dia akan menari telanjang, dia akan membunuh, mabuk-mabukan, melakukan seks bebas, menerbitkan majalah Playboy, melegalisasi pornografi plus porno aksi atas nama seni, meledakkan bom dan berbagai tindak kejahatan lainnya, karena dia tidak ada urusan dengan yang namanya agama, baju agama baru dipakai saat ada acara kawinan, sunatan, tahlilan, maulud Nabi, jumatan, lebaran dan seterusnya.
Intinya agama itu bisa diterapkan dalam semua bentuk kehidupan dan semua status sosial serta kenegaraan, sebab agama tidak melulu mengatur bagaimana cara sholat atau bagaimana cara berdzikir, tetapi juga mengatur bagaimana cara bernegara, mengatur masyarakat dan tatanan nilai yang ada didalamnya. Akhirnya, Dien atau agama adalah bersifat menyeluruh, bersifat totalitas, mencakup semua aspek kehidupan, terimalah dia dengan kaffah, wajarlah dalam bersikap, jangan memecah belahnya, itulah esensi Dien yang sangat mendasar setelah Tauhid.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.( Qs. 2: 208)
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada-Nya orang yang mau kembali (kepada-Nya) (QS. 42:13)
Dalam kasus pemisahan negara dengan agama yang menurut anda lantas hal ini bisa juga diterapkan didalam Islam padahal Machiavelli (1469-1527) saat ia mengeluarkan teori tersebut disebabkan latar belakang kekacauan yang berkecamuk antara gereja dengan negaranya.
Dibarat , jangankan dengan negara ... agamapun bahkan harus dipisahkan dengan ilmu teknologi modern, sebab memang agama dianggap berkonfrontasi terhadapnya. Setiap keterangan ilmu yang tidak sepaham dengan gereja segera dibatalkan oleh Kepala Gereja. Itulah yang terjadi pada Astronom Nicholaus Copernicus (1507) yang menghidupkan kembali ajaran orang-orang Yunani dijaman purba yang mengatakan bahwa bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi sebagaimana ajaran gereja dan tercantum pada Yosua 10:12-13, melainkan bumi yang berputar dan mengedari matahari.
Galileo Gelilei yang membela teori tersebut pada tahun 1633 diancam hukuman bakar seandainya dia tidak mencabut kembali teori tersebut oleh Inkuisisi, yaitu organisasi yang dibentuk oleh gereja Katolik Roma yang menyelidiki ilmu klenik sehingga sikap gereja yang kaku itu telah menimbulkan tuduhan bahwa agama menjadi penghalang bagi kemerdekaan berpikir dan kemajuan ilmu.
Dari keadaan demikian terjadilah berbagai pemberontakan dari dalam. Pada tahun 1517 terjadi reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther sehingga menimbulkan kelompok Protestan.
Pada tahun 1992, yaitu setelah 359 tahun kecaman kepada Galileo dilontarkan oleh pihak gereja, akhirnya gereja Katolik Roma secara resmi mengakui telah melakukan kesalahan terhadap Galileo Gelilei dan Paus Yohanes Paulus II sendiri telah merehabilitasinya.
Rehabilitasi diberikan setelah Paus Paulus menerima hasil studi komisi Akademis Ilmu Pengetahuan Kepausan yang dia bentuk 13 tahun sebelumnya dengan tugas menyelidiki kasus itu. Komisi ini memberitahukan, anggota Inkuisisi yang mengecam Galileo telah berbuat kesalahan. Mereka menetapkan keputusan secara subjektif dan membebankan banyak perasaan sakit pada ilmuwan yang kini dipandang sebagai bapak Fisika Eksperimental itu.
Semuanya ini jika kita mau jujur adalah karena memang kitab yang diyakini suci oleh pihak gereja dan barat itu bukanlah murni wahyu Tuhan lagi, namun bercampur dengan mitos serta intervensi tangan-tangan manusia jahil lainnya sehingga agama dalam kasus mereka memang hanya menimbulkan kekisruhan saja jika disatukan dengan sistem bernegara dan sains modern.
Sejak jaman dahulu ajaran-ajaran pokok agama telah bercampur-aduk dengan keterangan-keterangan tentang mekanisme alam, baik yang bercorak ilmiah rancu [pseudoscientific], mitos maupun yang bersifat legendaris. Intuisi dasar manusia menyatakan bahwa semua kebenaran itu satu dan saling berkaitan satu sama lain karena itu orang mencampur-adukkan semua hal secara sembrono; fakta dicampur-aduk dan dikacaukan begitu saja dengan nilai.
Orang yang meyakini kebenaran suatu agama juga disuruh percaya begitu saja kepada segala macam mitos penciptaan sehingga kebenaran agama tertutup. Sikap menentang para ilmuwan terhadap agama terutama disebabkan oleh adanya perbedaan antara ilmu pengetahuan yang telah teruji mengenai alam dengan mitos-mitos alegorik yang dipaksakan untuk diyakini sebagai [bukti-bukti] kebenaran tertulis mengenai fakta-fakta kosmologis dan historis yang ada.
Fakta bahwa Islam sendiri tidak pernah menuai konfrontasi dengan Sains maupun sistem kenegaraan ... Madinah dijaman pemerintahan Nabi, Abu Bakar dan Umar mungkin bisa kita jadikan parameter sukses pemberlakuan sistem kenegaraan secara Islam.
Jaman keemasan Islam yang berlangsung selama periode Abbasiyah di Baghdad (750-1258) dan Umaiyah di Spanyol (755-1492), tinggal kenangan belaka.
"Pada jaman orang-orang Eropa masih menyelam dalam kebiadaban yang teramat gelap, Baghdad dan Cordova, dua kota raksasa Islam telah menjadi pusat peradaban yang menerangi seluruh dunia dengan cahaya gilang gemilangnya." demikian kata Dr. Gustave Le Bone.
Dalam permulaan abad pertengahan tak satu bangsapun yang lebih besar sumbangannya untuk proses kemajuan manusia selain dari bangsa Arab. Mahasiswa-mahasiswa Arab sudah asyik mempelajari Aristoteles tatkala Karel Agung bersama pembesar-pembesarnya masih asyik belajar menulis namanya. Disekitar abad X, Cordova adalah kota kebudayaan yang ternama di Eropa dengan Konstantinopel dan Baghdad merupakan kota-kota pusat kebudayaan didunia.